Dalam dunia belajar mengajar, acapkali dijumpai seruan untuk berinovasi dalam model, media, dan metode. Bukan suatu hal asing dalam dunia pedagogis, kemampuan guru dalam memunculkan strategi pembelajaran terkini merupakan bentuk respon aktif terhadap perkembangan zaman. Tema utama dalam perkembangan dalam dunia pembelajaran saat ini tidak lepas dari digitalisasi dan penguatan teknologi informasi. Terlebih sejak pandemi Covid-19 melahirkan kebijakan pembelajaran jarak jauh, digitalisasi pembelajaran berubah menjadi suatu keniscayaan.
Digitalisasi dan penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran bukan sekadar seruan. Kurikulum 2013 sebagai konsensus bersama penyelenggaraan pendidikan telah mengamanatkan adanya implementasi muatan informatika dalam pembelajaran. Mengacu pada Pasal 2A ayat 1 Permendikbud No. 37 Tahun 2013, dinyatakan bahwa konten informatika pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA dimuat dalam kompetensi dasar sebagai acuan pembelajaran. Pertanyaannya, apakah setiap mata pelajaran menggunakan cara yang sama dalam penerapan muatan informatika? Dimana keunikan dan kekhususan yang dapat ditemukan peserta didik dalam pengalaman belajar pada mata pelajaran yang berbeda-beda?
Dalam pembelajaran geografi di jenjang pendidikan SMA, penggunaan teknologi informasi seharusnya bukan suatu hal yang asing. Kemampuan berpikir spasial merupakan ciri yang ditumbuhkan dalam pembelajaran geografi. Oleh karenanya, khalayak cenderung mengasosiasikan ilmu geografi maupun pembelajaran geografi itu sendiri dengan peta. Bisa saja tanpa disadari, bahwa peta dan segala tampilan visualnya telah menjadi pemuas kebutuhan sehari-hari, baik itu ketika sekadar ingin mencari tempat pada aplikasi Google Maps maupun saat bergerak dari satu titik ke titik lain dengan bantuan transportasi online. Bukankah kemajuan seperti ini sangat menarik bila diintegrasikan dalam pembelajaran geografi?
Bagaimanapun juga, tidak dapat disangkal bahwa kompetensi kognitif peta dan pemetaan, atau bahkan membuat peta, sudah dicantumkan dalam kurikulum nasional. Dalam beberapa kompetensi dasar ranah keterampilan, mulai dari kelas X hingga XII, telah tertulis bahwa “membuat peta…” dan “menyajikan peta…” merupakan kompetensi yang harus dicapai. Terutama dalam pembelajaran geografi kelas XI, lima dari tujuh kompetensi dasar memuat kompetensi dasar pemetaan tematik, diantaranya pemetaan sebaran flora fauna, sumberdaya alam, dan budaya daerah. Pada kenyataannya, praktik pembelajaran yang benar-benar memperhatikan tercapainya kemampuan membuat peta pada peserta didik sangat minim. Lebih sering dijumpai capaian kompetensi dasar ini direduksi menjadi kegiatan mencari peta yang terdapat di sumber pustaka maupun digital.
Bukan tanpa alasan, pengajaran keterampilan membuat peta memang tidak mudah diselenggarakan. Pembuatan peta melalui perangkat komputer memerlukan kesiapan infrastruktur dan sarana penunjang yang tidak murah dan mudah. Belum lagi, perlu dipastikan bahwa guru yang mengajar memiliki keterampilan dalam melakukan pemetaan digital sebelum disampaikan kepada peserta didik. Kalaupun hal ini dapat dilakukan, akan sangat dikhawatirkan bahwa tidak semua sekolah di penjuru tanah air mampu menikmati suasana belajar yang demikian. Maka, apakah penerapan kurikulum nasional tersebut justru hanya akan berujung pada ketimpangan sarana dan sumberdaya?
Perkembangan teknologi web yang semakin populer dengan lumrahnya cara-cara berkegiatan dari rumah ternyata memunculkan berbagai alternatif baru, termasuk dalam pembelajaran. Berbagai perangkat pembelajaran, seperti buku teks dan video pembelajaran, menjadi dapat diakses dimanapun bahkan kapanpun. Sama halnya dengan teknologi geospasial untuk kegiatan pemetaan. Beberapa fitur dan fungsi teknologi tersebut kini tidak memerlukan perangkat komputer dengan spesifikasi dan kapasitas tinggi. Bahkan sekadar menggunakan telepon pintar, dapat dihasilkan sebuah produk peta web. Aplikasi Geographic Information System (GIS) kini tidak hanya dapat dioperasikan dalam perangkat desktop, tetapi juga mampu diakses melalui situs web atau dikenal dengan istilah Web-GIS.
Bagaimana menggunakan Web-GIS dalam pembelajaran? Pada dasarnya, terdapat banyak pilihan situs Web-GIS yang bahkan telah dikembangkan untuk nuansa pembelajaran. Beberapa contohnya yaitu ArcGIS Online dan StoryMap buatan ESRI, My Maps buatan Google, serta OpenStreetMap. Dengan segala ciri khas dan kelebihan pada fiturnya, ketiga aplikasi-web ini mempromosikan kemudahan dalam mengolah dan berinteraksi dengan data spasial. Secara sederhana, ketiga aplikasi web ini menyediakan fitur collaborative mapping dengan tahap kerja utama berupa mengunduh dan mengunggah. Pengguna tidak harus mahir dalam pemrograman data peta, dikarenakan peran pengguna dalam hampir seluruh aplikasi Web-GIS adalah untuk menyematkan data atribut pada tampilan peta dasar yang telah tersedia.
Untuk membantu para pengajar geografi dalam menerapkan penggunaan Web-GIS, telah dikembangkan sebuah Lembar Kerja Web-GIS Google My Maps untuk pemetaan tematik pada pembelajaran geografi SMA. Secara khusus, lembar kerja ini disusun untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) 3.6 dan 4.6 dengan materi pokok sebaran budaya daerah. Namun demikian, cara kerja yang sama dapat diterapkan pada berbagai materi pokok dengan capaian kompetensi dasar pemetaan tematik. Dalam lembar kerja ini, telah secara lengkap disajikan panduan bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran hingga evaluasinya, maupun tahapan kegiatan peserta didik dalam melakukan pemetaan.
Lembar Kerja Web-GIS Google My Maps secara terbuka dapat diakses melalui tautan https://bit.ly/LKWeb-GISMyMaps atau barcode berikut