Bahasa Pembentuk Karakter Bangsa
Bahasa merupakan hal yang sangat penting yang berkaitan dengan makhluk hidup. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dengan menguasai bahasa maka manusia dapat mengetahui isi dunia melalui ilmu dan pengetahuan-pengatahuan yang baru dan belum pernah terbayangkan sebelumnya. Bahasa juga merupakan sebuah media penting penyampaian informasi yang digunakan manusia, baik secara lisan maupun tulisan. Hal itulah yang menjadikan bahasa sebagai bagian hidup di dalam bermasyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa ialah suatu hal yang memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Lewat bahasa, informasi untuk orang lain disampaikan. Maka dari itu dibutuhkan suatu penggayaan di dalamnya agar tercipta suatu estetika di dalam bahasa itu sendiri.
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannnya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir tetapi juga merupakan media untuk ketiga hal tersebut. Sastra (dalam hal ini karya sastra anak) adalah karya fiksi yang digunakan manusia sebagai medium untuk belajar. Belajar disini adalah belajar memahami kehidupan, lingkungan, maupun memahami hal-hal yang berhubungan dengan manusia itu sendiri.
Dengan memahami prinsip antara bahasa dengan karya sastra, maka tidak mengherankan jika bahasa dapat digunakan dalam membentuk karakter bangsa dalam karya sastra. Dalam hal ini pembaca yang terfokus pada anak. Anak dapat memahami maksud yang terkandung dalam karya sastra, melalui media bahasa yang disampaikan. Tentunya bahasa yang memang mudah dipahami oleh anak seusia mereka. Apabila ditarik dengan objek kajian, yaitu Buri yang Sombong, maka berdasarkan responden, cerita dalam karya sastra anak tersebut dapat secara mudah dipahami oleh anak tersebut, sehingga pembaca dapat mengambil segi positif dari perbuatan Buri yang Sombong yang akhirnya dikalahkan oleh Tupai. Anak-anak dapat secara mudah mengambil pembelajaran. Tanpa menggunakan bahasa, anak-anak dapat kesulitan memahami sesuatu hal. Melalui bahasa inilah yang memberi pengajaran moral, dapat membentuk karakter bangsa, karena pembentukan karakter dimulai dari usia dini, tidak semata-mata instan diperoleh.
Para filosof yang diwakili oleh Ibnu Sina, Ibu Maskawaih, Aristoteles, dan Roeusseu mengatakan bahwa pembiasaan tingkah laku yang baik harus dilakukan terus menuerus dan disertai dengan latihan semenjak kecil. Melalui pembiasaan dan latihanlah semua itu akan tertancap kuat menjadi karakter atau watak dalam diri seseorang. Sementara itu, Socrates dan Spenser memandang bahwa karakter atau tabiat harus dibentuk melalui keteladanan akhlak (Khalid Ahmad Syantut, 2009: 6). Dalam hal ini jelas sekali bahwa mengubah suatu moral bnagsa tidak serta merta, tetapi melalu proses semenjak dini. Apabila sejak dini karakter dan watak yang baik telah dibentuk, maka hal itu akan dibawa terus menurus hinga dewasa, bahkan hingga tua.
Solusi
Telah diketahui bersama bagaimana sebuah sastra terutama cerpen menjadi sebuah alat untuk membentuk karakter seorang anak. Hal ini seluruhnya akan kembali kepada orang tua dan anak itu sendiri, namun ada hal-hal yang mampu dilakukan untuk mendukung wacana ini. Dalam mendekatrkan seorang anak terhadap minat membaca pastilah memerlukan media, dahulu terdapat beberapa media yang mampu menampung hal ini, misal majalah anak. Majalah anak kini sudah mulai tergeser dikarenakan peminat yang menurun. Majalah Bobo atau Bocil yang dahulu sempat melejit kini tak tersisa asapnya sekalipun. Seharusnya media ini harus lebih dipelihara, karena jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan media lain. Majalah akan lebih fokus dalam membimbing anak untuk belajar disamping juga sebagai hiburan, majalah anak akan mampu menampung banyak hal, seperti dongeng, cerpen, ataupun puisi. Disamping hal tersebut media ini mampu menampung apresiasi dari si anak untu mencoba berkarya.
Selain melalui majalah, media cetak lain pun mampu menampung hal tersebut. Semisal koran, koran mampu menerbitkan beberapa rubrik anak. Memang beberapa koran telah memasukkan wacana ini, namun kapasitasnya masih terlalu rendah. Beberapa koran hanya menampilkan rubrik tentang anak satu minggu sekali, bahkan hanya memuat beberapa lembar saja. Apabila hal ini mampu diberdayakan maka koran mampu menjadi pendamping dari majalah anak.
Media cetak memang mampu menampung banyak tentang hal yang berkaitan dengan pembangunan karakter anak. Namun ada hal yang dapat menjadi sebuat terobosan lagi, yaitu gadget atau peralatan elektronik. Televisi yang harusnya mampu menjadi media yang sangat relevan, sekarang hanya berisi hal-hal yang kurang begitu bermanfaat bagi anak-anak. Seharusnya media ini mampu lebih banyak memberi perhatian kepada anak.
Sastra anak juga mampu diberikan oleh orang tua melalui gadget lain, seperti handphone. Hal ini dikarenakan handphone bukan lagi menjadi barang mewah. Anak tingkat sd sudah tidak jarang yang memiliki benda ini sebagai benda pribadi. Melalui handphone orang tua mampu mengenalkan sastra anak kepada anak-anak mereka. Akses internaet akan lebih mempermudah orang tua maupun anak-anak. Kemudahan akses internet jangan hanya menjadi sebuah hiburan, namun dengan adanya peran orang tua jadikanlah akses internet sebagai sebuah cara untuk memperkenalkan hal positif bagi anak-anak mereka, salah satunya dengan mengakseskan sastra anak di dalam internet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H