Mohon tunggu...
Firman Hadi
Firman Hadi Mohon Tunggu... -

Lahir di Bogor tiga puluh empat tahun yang lalu. Hijrah dan menetap hingga kini di Kota Kembang. Hobi? Sepakbola pastinya. Saat ini menekuni pekerjaan yang entah dimana keterkaitannya, yaitu sumber daya alam, penginderaan jauh, sistem informasi geografis dan open source.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Mudah Masuk Surga: Tips #1 - Memberi Maaf

21 Juli 2010   15:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan tips-tips ini, entah sampai berapa tips, bukanlah bermaksud untuk menggurui. Saya bukan ustad, kiyai atau orang alim. Saya seperti Anda, atau bahkan lebih buruk lagi. Anda saja yang tidak tahu :D . Tulisan berseri "Cara Mudah Masuk Surga" ini hanyalah reaksi dari kegundahan, kejengkelan, keprihatinan saya atas apa yang terjadi di sekitar kita. Setiap hari, di banyak tempat, di televisi, di internet, kita disuguhi begitu banyak hal-hal yang membuat Bangsa Indonesia menjadi sibuk dengan hal-hal yang tidak penting. Jika ada kutipan atau hal-hal lain yang tidak pada tempatnya, atau salah tafsir, silakan Anda sampaikan. Bila Anda melakukannya langsung di web, saran saya, gunakanlah bahasa yang santun. Bahasa yang kurang santun atau lebih buruk lagi bisa Anda sampaikan via email atau langsung di hadapan saya (kalau berani hehehe).

Adalah manusiawi jika seseorang membalas perlakuan buruk orang lain terhadapnya. Dimaki, balas memaki. Dipukul, balas memukul.  Tidak ada yang salah dengan hal seperti ini. An eye for an eye, begitu kata orang bule. Di dalam Islam, dikenal dengan Qishash. Mau contoh? Ketika macet di jalan, saat ada yang memencet klakson dalam-dalam, yang lain kontan membalasnya. Entah karena memang senang dengan irama klakson atau jengkel dengan si inisiator. Masalahnya adalah apakah pembalasan tersebut memecahkan masalah? Apakah dengan membalas membuat hati kita menjadi tentram loh jinawi? Tidak, Bung. Yang ada hanyalah kepuasan sesaat.

Ada cara yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, yang mungkin kita sudah tahu sejak kecil saat mengaji di surau. Kita tahu, bahwa Rasulullah adalah seorang yang terkenal santun. Ia dicintai oleh semua orang dari segala suku yang ada di Mekkah, dari anak-anak hingga kakek-nenek. Hanya saja, perlakuan baik itu sirna ketika Rasulullah mulai menyampaikan wahyu dan berdakwah kepada Islam. Perlakukan baik berubah menjadi buruk. Tidak terkecuali sikap seorang wanita Yahudi. Saking bencinya, setiap kali  Rasulullah berangkat ke Kabah dan lewat di depan rumahnya, pasti ia akan meludahinya. Kalau kata ustad saya dulu, entah benar atau tidak ceritanya, dahak untuk meludah itu sudah dipersiapkan dari segi kuantitas dan kualitas (baunya) agar hasilnya maksimal. Apa sikap Rasulullah? Marahkah? Ngomelkah? Memukul si wanita Yahudi kah? Tidak saudara-saudara.

Tidak membalas perlakuan buruk seperti itu, bagi kita sebagai manusia biasa, sudah merupakan hal yang luar biasa. Yang dilakukan oleh Rasulullah ternyata bukan hanya itu. Satu saat, ketika seperti lewat di depan rumah wanita Yahudi itu, tidak ada 'serangan ludah' seperti biasa. Kalau kita pasti bersyukur tetapi tidak demikian yang dilakukan oleh Rasulullah. Ia justru heran dan bertanya kemana gerangan wanita Yahudi ini. Mungkin ada kerinduan dalam hati Rasulullah akan ‘sapaan mesra’ dari wanita Yahudi tersebut. Setelah Rasulullah tahu bahwa wanita itu sakit, ia pun segera ke rumahnya bahkan termasuk orang pertama yang menjenguknya. Sang wanita saat didatangi Rasulullah takut bukan kepalang. Cilaka dua belas, pasti Rasulullah hendak membalas dendam nih. Mungkin begitu duganya. Ketika ia mengetahui bahwa Rasulullah hanya menjenguknya karena ia sakit dan berdoa untuk kesembuhannya, sirnalah kebenciannya. Akibat dari kejadian ini, wanita Yahudi tersebut masuk Islam.

Memberi maaf dan berlaku baik kepada orang yang memusuhi kita adalah sebuah perbuatan mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah. Kita sebagai umatnya yang mengaku sebagai pengikutnya kok ya ndak bisa bersikap seperti itu. Tahunya kita hanya membalas orang sesuai dengan perbuatannya. Kalau ia baik, maka kita akan baik. Kalau ia ramah, maka kita juga ramah. Jika ia memutuskan tali silaturahmi, ngapain juga kita menyambungnya, begitu pikir kita. Padahal dalam Hadits Bukhari Muslim telah disebutkan oleh Rasulullah tentang Al-Wasil (si penyambung tali silaturahmi). Dari Abdullah bin Amir, Rasulullah bersabda, “Al-Wasil itu bukanlah seseorang yang membalas perlakuan baik seseorang (keluarga) terhadapnya, tetapi Al-Wasil  adalah seseorang yang tetap menjalin silaturahim dengan keluarga yang telah memutus hubungan dengannya”. Dahsyat bukan? Berbuat baik kepada orang baik mah sudah biasa. Yang luar biasa itu berbuat baik kepada mereka yang menzalimi kita.

Rasulullah adalah manusia biasa seperti kita. Ia mencontohkan hal-hal yang bisa juga dilakukan oleh kita. Perbuatan memberi maaf dan menyambungkan tali silaturahmi kepada mereka yang memutusnya adalah perbuatan mudah. Mudah? Ya. Yang membuat sulit adalah gengsi kita. Kita merasa lebih baik darinya. Padahal, hati-hati, iblis pun begitu saat diminta untuk bersujud kepada Adam Alaihi Salam. Ia merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Adam AS dari tanah. Nah, ketika kita sudah sedemikian sulit memberi maaf, berhati-hatilah mungkin sudah ada rasa sombong (takabur) dalam hati kita. Mudah-mudahan kita terhindar dari rasa ini, karena sudah pasti Jahannam adalah balasannya.

Memberi maaf, seperti dicontohkan oleh Rasulullah merupakan salah satu ciri orang takwa. Balasan dari orang takwa adalah surga. Jadi, memberi maaf atas kesalahan orang lain adalah kunci masuk surga. Seperti disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 133 - 134, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik".

Memberi maaf adalah cara mudah masuk surga, seperti telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits. Sebagai muslim, bisa dikatakan wajib bagi kita untuk berbuat demikian. Memberi maaf juga bermanfaat bagi ketenangan jiwa. Tidak percaya? Cobalah, percaya apa kata saya (loh?). Jadi, ketika ada seseorang yang berbuat salah, bahkan membuat Anda marah, ucapkanlah “A’udzu billahi minasy-syaithonir rojiim”, bukan “Allz izz well, allz izz well”. Mudah-mudahan sikap ini akan menjadi kunci kita untuk masuk surga. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun