Berikut adalah versi yang telah diperbaiki dan disusun ulang agar lebih rapi dan mudah dipahami:
Dulu, tak pernah terpikir bahwa apa yang kami lakukan adalah hal yang berat. Kami, tiga bersaudara dari enam bersaudara. Aku adalah anak perempuan satu-satunya. Ayah kami seorang guru SD, namun penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam sebulan. Mengapa aku bilang tidak cukup? Karena dalam keseharian, kami sering berhutang ke warung untuk makan, yang kemudian baru dilunasi saat Ayah menerima gaji.
Namun tidak, kami tidak merasa berat. Apa yang kami lakukan terasa ringan. Kami hanya berjualan makanan ringan di sekolah saat jam istirahat. Ketika bel istirahat berbunyi, kakak nomor empat segera berlari untuk menyiapkan meja dagangan, dibantu oleh kakak nomor tiga. Setelah itu, aku menyusul untuk melayani teman-teman yang membeli. Kami melakukannya dengan senang hati, apalagi hasilnya memberi kami uang jajan tambahan.
Dagangan itu sebenarnya adalah usaha milik kakak nomor empat, hasil tabungannya sendiri. Jadi, secara resmi, kami menyebutnya sebagai "warungnya."
Kami bahagia menjalani hari-hari itu. Bahkan sekarang pun, kenangan itu masih terasa hangat di hati. Oh, hampir lupa, sepulang sekolah kami juga menggembala kambing yang dipelihara Ayah. Biasanya, itu dilakukan setelah kami selesai menjajakan es keliling kampung, es yang aku buat sendiri di malam hari, terkadang dibantu oleh Ibu atau kakak-kakak.
Lelah? Tidak! Kami masih punya waktu untuk membaca buku-buku yang kami sukai, meskipun bukan buku pelajaran. Kami juga punya waktu bermain---bersepeda, bermain petak umpet, atau main bola bersama teman-teman.
Ayah kami telah menanamkan jiwa entrepreneur sejak kecil. Nilai itu terus tumbuh saat kami melanjutkan ke SMP dan SMA, dengan mencoba berbagai jenis usaha kecil lainnya.
Terima kasih, Ayah, karena telah memperkenalkan kami pada hal yang begitu penting untuk hidup ini. Dari sanalah aku belajar memiliki mental yang kuat dan tidak mudah menyerah. Terima kasih juga untuk kakak-kakakku yang selalu hadir di masa kecil yang penuh perjuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H