Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik
Kali ini saya akan membuat jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi akademik dengan model refleksi 4F (Facts, Feeling, Finding, Future) oleh Robert Greenaway.
1. Peristiwa (Facts)
Pembelajaran Modul 2.3 dimulai dengan mulai dari diri, kami diberi pertanyaan tentang supervisi di sekolah kami. Kemudian ada eksplorasi konsep berisi materi tentang coaching untuk supervisi akademik yang harus kami pelajari secara mandiri dan menjawab pertanyaan di LMS. Di Ruang kolaborasi, ada penguatan materi oleh fasilitator dan melakukan praktek coaching dengan rekan CGP secara berpasangan dan bergantian menjadi coach dan coachee dengan menggunakan alur TIRTA. Dimana dalam pelaksanaan coaching ini saya sebagai coach, ibu Isnita Lastyarini sebagai coachee kemudian berganti peran ibu Isnita Lastyarini sebagai coach saya sebagai coachee. Pada Demonstrasi Kontekstual membentuk kelompok yang beranggotakan 3 orang CGP yang berperan sebagai pengamat, coach, dan cachee secara bergantian. Pada Elaborasi pemahaman ada penguatan pemahaman secara virtual bersama instruktur. Kemudian pada tahap Koneksi antar materi, membuat kesimpulan dan refleksi dengan mengaitkan modul 2.3 dengan modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, dan modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional Aksi nyata disini CGP melakukan coaching untuk supervisi akademik terhadap rekan sejawat. Bersamaan dengan ini diadakan Pendampingan Individu 2 oleh pengajar praktik ibu Siti Samsiyah tentang visi guru penggerak dan budaya positif di sekolah.
2. Ferasaan (Feelings)
Pada awal pembelajaran modul 2.3 saya masih bingung bagaimana coaching itu dan apa manfaatnya. Ternyata setelah saya pelajari materi dan video yang ada saya bisa memahami dan mengerti tentang coaching, dan alur TIRTA. Setelah mempelajarinya tentu saja saya menjadi senang karena mendapatkan ilmu dan pengalaman baru serta semangat praktik coaching dengan rekan CGP. Praktik coaching ini nantinya bisa saya terapkan dalam kegiatan belajar bersama murid/rekan sejawat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
3. Pembelajaran (Findings)
Coaching dalam konteks pendidikan sangat penting karena dengan coaching seorang guru dapat mengembangkan dan menggali kekuatan diri dan memberdayakan potensi pada rekan sejawat atau murid. Coaching dengan alur TIRTA dapat menggali solusi dan potensi yang ada dalam diri coachee Melalui proses coaching ini saya menjadi semakin terlatih dalam berpikir kritis, sehingga bisa mengajukan pertanyaan berbobot untuk menuntun coachee menemukan solusi dari permasalahan. Coaching juga dapat menuntut segala kodrat (potensi) murid agar dapat mecapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai pembelajaran yang merdeka.
4. Penerapan (Future)
Saya ingin berbagi praktik baik dengan rekan sejawat sehingga praktik coaching ini bisa digunakan dalam menangani masalah atau menggali potensi yang ada dalam diri murid. Dengan demikian guru dapat menuntun segala kodrat yang ada dalam diri murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
Demikian jurnal refleksi yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat.