Mohon tunggu...
Jalansatusatu
Jalansatusatu Mohon Tunggu... profesional -

logika adalah modal dalam pembentukan mental bermasyarakat, logika bersih adalah pijakan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Mengkritik Pemerintah, Tepatkah?

30 November 2013   04:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1385741133492166051

[caption id="attachment_295360" align="aligncenter" width="508" caption="Pertemuan Prabowo dan SBY di Istana Negara (sumber foto: kompas.com dan jalansatusatu.file)"][/caption] Sebagai Calon Presiden mungkin hal yang sangat wajar jika melakukan kritik terhadap jalannya sistem Pemerintahan yang tengah berjalan, sistem Pemerintahan yang memang pada kenyataan tidak berfungsi dengan baik, Pemerintahan yang lebih banyak energinya habis digunakan untuk bertarung diranah politik daripada diranah kepentingan rakyat, Prabowo sebagai Calon Presiden yang akan diusung dari partai yang didirikan oleh dirinya sendiri, Partai Gerindra partai yang masih dibilang baru ini mencoba memasang target yang cukup tinggi menang dalam Pilpres 2014. Prabowo menyampaikan bahwa jalannya pemerintahan sudah tidak lagi berjalan efisien, banyak Pembangunan yang tidak berjalan karena banyak terjadi praktek Korupsi di sistem birokrasi  negeri ini, Prabowo beranggapan bahwa maraknya korupsi di birokrasi salah satunya disebabkan sistem daerah otonom yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, menurut Prabowo ada perbandingan tidak sehat antara jumlah uang yang didapat oleh Pemerintah Daerah dengan jumlah penduduk daerah tersebut, meski agak bingung kita menangkap maksud Prabowo dengan itu dan budaya korupsi di pemerintahan. Bukankah Korupsi itu lebih menyangkut mental birokrasi yang kurang baik, birokrasi yang masih selalu memanfaatkan peluang untuk berkoloni memanipulasi kesempatan untuk mengakali uang negara, Jika dana besar tapi diawasi dengan baik dan ada penataan yang baik terhadap mental birokrasi maka dana besar sekalipun tidak menjadi alasan untuk birokrasi kita mengkorupsi uang negara. Prabowo juga menyayangkan bahwa kegagalan Pemerintah juga membuat bangsa ini lemah dalam penyediaan pangan terhadap rakyatnya, bahkan untuk penyediaan singkong, jagung dan garam aja bangsa ini harus impor, tidak ada sikap tegas dari pemerintah sehingga bangsa ini tidak mempunyai kemandirian pangan. Prabowo juga menyampaikan ketidak ada perhatiannya pemerintah terhadap sektor-sektor itu yang mengakibatkan petani dan nelayan alih profesi menjadi pedagang dan buruh, sehingga merosotnya hasil pangan dalam negeri. yang menjadi pertanyaan ketika Prabowo menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sudah sampai dimana perannya mengentaskan para petani dibawah naungan HKTI nya Prabowo itu keluar dari jeratan ketidak berdayaan Pemerintah. SBY memang gagal menahan laju ketergantunagn bangsa ini terhadap impor dari bangsa lain, tapi kegagalan bangsa ini berawal sangat jauh kebelakang, Kelemahan Pemerintah terhadap nafsu kepentingan dalam bentuk investasi swasta bukankah sudah terjadi ketika ayah Prabowo menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan ketika begitu banyaknya investasi-investasi di bidang perdagangan dan sektor Industri, warisan mental dari resim orde baru yang membikin bangsa ini masih terpuruk saat ini, apakah Prabowo tidak merasa menjadi bagian dari rusaknya mental sistem birokrasi bangsa ini, apakah birokrasi yang terjadi saat dia masih di Militer bisa dikatakan baik saat itu?. Sebagai warga negara yang pernah berdomisili di negara lain apa sebaiknya tidak berkata sebagai diri yang lebih baik, mungkin perlu tindakan nyata dulu sebagai pribadi yang lebih baik ketika mengkritisi pribadi lain, bukankah rakyat lebih membutuhkan tindakan nyata daripada sekedar melepas hujatan tanpa solusi, atau solusi yang ditawarkan adalah menjadikan dia Presiden, apa itu tidak sama dengan memperdaya kelemahan pemerintahan untuk keuntungan kepentingannya. Jika memang ambisi Prabowo menjadi orang nomer satu di negeri ini adalah untuk memperbaiki sendi-sendi yang telah rusak dari pola kehidupan bangsa ini, mungkin agak susah dimengerti ketika Prabowo mengungkapkan bahwa dialah orang yang paling berjasa atas majunya nama Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, mengesampingkan peran Megawati sebagai Ketua Umum partai tempat Jokowi bernaung, apakah budaya sikut menyikut meski berdalih sebagai kebenaran kenyataan yang terjadi akan menjadi budaya Prabowo menuju jabatan sebagai Presiden Republik ini. Apa keuntungan yang diinginkan ketika menyampaikan bahwa dialah orang yang berjasa mengangkat Jokowi menjadi DKI 1, apakah dengan rivalitas Prabowo dengan Jokowi dihasil survey yang sering dirilis oleh lembaga survey yang hampir semua menempatkan mantan Walikota Solo itu selalu diatas Prabowo sehingga membuat Prabowo harus mengungkap siapa yang berjasa buat Jokowi dengan jabatan DKI 1. apa klaim itu sudah bisa dinyatakan sebagai Prabowo lebih baik dari Jokowi, dan dialah yang paling berjasa atas perbaikan yang terjadi di Jakarta. Memang Pemerintah saat ini layak dikritik karena kegagalannya, tapi tepatkah Prabowo sebagai sosok yang akan maju sebagai Capres turut serta mengkritis pemerintahan untuk pencitraan diri lebih baik?? apakah budaya itu yang ingin ditularkan oleh Prabowo sebagai calon pemimpin, bukankah carut marutnya bangsa ini karena para petinggi partai Politik selalu saling menghujat melupakan kepentingan sebenarnya bangsa ini. Budaya elit politik saling menghujat adalah salah satu faktor yang mempunyai andil besar terhadap paradigma negatif pola pikir sebagain besar rakyat bangsa ini, tindakan membebankan semua kesalahan terhadap pelaku perbuatan tanpa mengkoreksi peran kita sendiri adalah salah satu budaya negatif yang ditularkan oleh para elit Politik negeri ini, jika memang ada yang salah mari perbaiki bersama bukan dijadikan bahan untuk kepentingan keuntungan dirinya dan golongannya, Presiden memang jabatan yang punya andil sangat besar untuk perubahan di negeri ini, tapi jika jabatan sebagai Presiden diperoleh dengan saling menghujat apakah layak sebagai landasan niat menjadi Presiden unutk memperbaiki bangsa menjadi lebih baik??.

-Jalan Satu Satu-

Sumber Bahan Artikel: Kompas.com dan Merdeka.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun