Mohon tunggu...
Jalan Raga
Jalan Raga Mohon Tunggu... Petani - Human Being

Sejauh apapun pergi, pada rumah kita kan kembali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta Membakar Habis Kebencianku

13 April 2017   02:07 Diperbarui: 13 April 2017   10:00 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya coba ambil sebuah kejadian lain yang membantu menjelaskan apa yang saya maksud diatas, sahabat tentu tahu cerita tentang Ibrahim AS yang dibakar oleh orang-orang yang menentangnya kala itu?, Api besar yang berkobar tidak sedikitpun melukai Ibrahim AS, bahkan ia tidak sedikitpun merasakan panasnya api tersebut.

”ah itu kan nabi, beda sama kita yang manusia biasa, dia kan dikasih mukjizat sama Tuhan”, baik sahabat, saya sepakat, namun sebelum sampai bicara mukjizat yang diberikan Allah kepada para nabi, saya ingin mengajak sahabat berpikir sederhana.

Sahabat pernah merasakan jatuh cinta? Jika pernah maka bersyukurlah, karena itu adalah anugerah yang patut disyukuri. Pernah juga melakukan tindakan yang secara fisik tidak mungkin dilakukan?, seperti saat kita jatuh cinta. Saat jatuh cinta maka hormon bahagia akan bekerja lebih dari yang biasanya, ia akan mendorong sahabat untuk melakukan tindakan diluar batas kebiasaan normal. Contoh, saat sahabat amat sangat lelah secara fisik karena setumpuk aktifitas atau pekerjaan, kemudian orang terkasih jatuh sakit. Apa yang akan sahabat lakukan? Terlebih jika sahabat baru saja jadian atau menikah, tentu dengan sekejap sahabat akan dengan segera merawatnya bukan? Itulah energi cinta dan kebahagiaan, ia adalah dorongan teramat kuat yang mampu menggerakan berbagai hal yang secara fisik sudah diambang batas. Ia melampaui hal-hal normal secara logika.

Contoh lain, bagi yang memiliki orang terkasih jauh secara lokasi namun tergerak untuk mengobati kerinduan yang membuncah di dada, biasanya tak akan lagi merasakan kelelahan walaupun jarak tempuh untuk menemui orang terkasih tersebut membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Rasa lelah secara fisik itu akan terbayar saat kita bisa bertemu dengan orang yang kita kasihi, begitu bukan?

Terbayang, jika energi cinta dan kebahagiaan itulah yang sebenarnya menyelamatkan Ibrahim AS, kecintaannya pada Allah membuatnya tak lagi merasakan sakit secara fisik, ia berhasil merubah kondisi yang menyakitkan itu menjadi kebahagiaan. Karena bagi mereka yang merdeka sedari jiwa segala kondisi nilainya sama, semua adalah baik karena merupakan kehendak dan ketetapan Allah, hanya bentuk atau kejadiannya saja yang berbeda.

Inilah hakikat kemerdekaan sedari jiwa sahabatku, ia melepas dan membebaskan kita dari berbagai belenggu yang selama ini sebetulnya kita ciptakan sendiri di alam pikiran dan perasaan. Oleh sebab itu kita perlu sadari bersama bahwa kemerdekaan sejatinya adalah sebuah pintu gerbang menuju kebahagiaan.

Layaknya sebuah rumah besar yang penuh dengan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan, pintu gerbang tersebut tentu memiliki kunci agar kita bisa masuk kedalamnya. Apakah kunci pembuka tersebut?

Pada artikel selanjutnya Insya Allah akan penulis paparkan.

Terimakasih sudah berkunjung sahabat

Salam hangat.

Damai di hati damai di bumi.

#JanganLupaBersyukur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun