“Nakhoda sejati tidak dikendalikan oleh gelombang dan cuaca yang kapanpun selalu dapat berubah-ubah, ia punya keyakinan yang kuat pada dirinya dan pada tujuan utamanya”.
(Nakhoda Raga)
Tidak ada satupun manusia di muka bumi yang tidak memiliki masalah, semua memiliki masalahnya masing-masing, masalah yang harus dipecahkan, dihadapi dan diselesaikan. Beberapa berhasil, beberapa gagal. Namun yang perlu disadari adalah kenapa sebagian yang lain mampu melewati masalahnya dan sebagian yang lain tidak?
Tidak jarang saat masalah menghampiri kita menjadi pribadi lusuh, tidak bersemangat, tidak bersahabat, kehilangan kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri, orang lain bahkan pada Tuhan. Hidup menjadi begitu menjengkelkan, tidak sesuai harapan, memuakkan dan berbagai perasaan lainnya yang membuat pikiran menjadi sempit dan dada menjadi sesak.
Kita menjadi pribadi emosional, galak, baper, sensitif, dan mudah tersinggung karena cenderung mengambil keputusan sendiri ditengah kondisi yang membuat menjengkelkan tersebut. Bagi seseorang yang sedang digelayuti masalah, ia akan menjadi amat mudah untuk menyalahkan orang lain, memberi cap atau label bahwa tidak ada satupun orang yang betul-betul peduli dan mengerti dirinya. Bahkan pada titik terendah kita tak segan-segan berteriak menghardik Tuhan dengan berkata, “Kau tidak adil”, “apalagi yang salah”, “kenapa ini terjadi padaku Tuhan?” dan berbagai teriakan-teriakan emosional lainnya.
Kita secara sadar mampu menangkap gejala awal saat akan masuk angin yaitu badan menjadi lemas, sendawa terus menerus, perut yang kembung dan berbagai gejala lainnya. Artinya, secara sederhana setiap masalah pasti memiliki sebab, dan kita sebetulnya mampu menangkap setiap gejala awalnya.
Contoh lainnya adalah saat kita hendak bepergian dengan menggunakan sepeda motor, kemudian kita menangkap gejala akan turunnya hujan saat kepala menengadah ke angkasa dan melihat langit yang mendung tak seperti biasa. Maka kita memiliki pilihan bebas untuk membawa jas hujan atau tidak. Artinya gejala-gejala yang muncul lewat apa yang dapat dilihat, didengar dan dirasa adalah pertanda yang memberikan pesan agar kita bersiap diri demi menghadapi berbagai kemungkinan yang muncul dengan tepat, baik dan benar.
Contoh dan perumpamaan diatas adalah fenomena yang begitu dekat dengan keseharian kita, fenomena yang mampu kita tangkap dan terjemahkan menjadi bekal perjalanan hidup. Begitupun halnya dengan Prinsip Nakhoda (Sailor Principle) yang akan saya paparkan, prinsip sederhana yang faktanya amat sangat dekat dengan diri kita yang nantinya bisa menjadi jembatan penghubung agar kita menjadi pribadi yang senantiasa memilih untuk merdeka sedati jiwa (hati dan pikiran), menjadi pribadi yang mengenal betul siapa diri kita, dimana kita dan akan kemana tujuan hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H