Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotisme Bukit Nona, Enrekang-Toraja

23 Mei 2015   16:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_419593" align="aligncenter" width="300" caption="Bukit Indah, Enrekang (foto edi petebang)"][/caption] Kamis, 14 Mei 2015 Pagi pukul 09.00 wit saya bersama 300 peserta Rapat Anggota Tahunan Pusat Koperasi Kredit BKCU Kalimantan berangkat dari kota Makasar, Sulsel menuju Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Perjalanan yang panjang kami lalui hari ini, tiba di kota Makale, ibukota kabupaten Tana Toraja pukul 17.30 wit. Syukurlah bis yang dicarter panitia dari CU Mekar Kasih dan CU Sauan Sibarung, berukuran besar sehingga penumpang bisa leluasa di dalamnya. Di perjalanan yang melewati sejumlah kabupaten seperti Luwu, Pare-Pare, Barru, Enrekang terasa menyenangkan karena di sepanjang jalan kita disuguhi aneka jenis pemandangan. Diantara pemandangan yang paling menakjubkan bagi [caption id="attachment_419595" align="aligncenter" width="300" caption="bukit nona (fto edi petebang)"]

14323730241905441942
14323730241905441942
[/caption] saya adalah ketika memasuki ujung wilayah kabupaten Enrekang sampai ke Tana Toraja dan Toraja Utara adalah bukit-bukit batu. Jalan berkelok-kelok menaiki bukit di sela-sela bebukitan batu. Di sela-sela bukit batu tersebut warga menanam bawang merah.

Meski jalan berbukit-bukit, namun kondisi jalan jauh lebih bagus dibanding di Kalbar. BIsa dikatakan jalanan mulus beraspal; kondisi yang bertolak belakang dengan kalbar. Kenapa ya?

Di perjalanan kita juga menyaksikan dua kutub arsitektur, yakni arsitektur Bugis, Makasar dan Toraja. Ada perbedaan, ada persamaan. Persamaannya adalah sama-sama bertiang sekitar 1-2 meter. Bagi warga Bugis, bagian bawah rumah digunakan untuk parkir kendaraan atau menaruh barang-barang. Rumah Toraja tentu sangat mudah kita kenali bentuknya. 

Dalam perjalanan ini yang baru saya temui adalah adanya daftar nama dan nomor hp aparat kepolisian di Polsek-Polsek.  Suatu tindakan terpuji dari kepolisian di sana demi transparansi dan mendekatkan diri sebagai pelayan rakyat.  Di tempat lain, apalagi di kalbar, saya belum pernah kepolisian melakukan hal demikian. 

Sore, setangah enam waktu timur, kami sampai di kota Makale, ibukota Kabupaten Tana Toraja. Di tengah kota kita memgelilingi kolam besar dengan air mancur di tengahnya. Di sekeliling kolam ini warga bersantai, bisa sambil memancaing. Kami disambut dan diterima di kompleks gereja Katolik Makale. Saya kagum dengan arsitektur gereja dan gedung parokinya yang mengadopsi rumah adat Toraja; kagum dengan gereja di Toraja yang benar-benar membumi. Di Kalbar, saya belum pernah menemukan gereja dengan arsitektur asli orang Kalbar, dalam hal ini Dayak. 

Selesai acara penyambutan secara adat serta makan; kami semua ke penginapan masing-masing. Ada sejumlah hotel tempat peserta RAT menginap. Saya beruntung dapat menginap di Hotel Misiliana, sebuah hotel yang asri dengan banyak tongkonan dan lumbung sebagai tempat santai..***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun