Sudah lama saya mengetahui (dari membaca dan mendengar langsung cerita) tentang kekayaan, keunikan Danau Sentarum di Kapuas Hulu. Sudah lama pula hasrat kesana saya pendam karena belum ada kesempatan. Di penghujung tahun 2016, tepatnya bulan November 2016 akhirnya kesempatan itu datang. Meski tidak seratus persen berwisata, namun sambil melakukan pekerjaan, saya pun bisa menikmati perjalanan nan jauh dari Pontianak ke sana; bisa menikmati ikan dan bertemu dengan keramahtamahan warganya. Â
Senin, 14 November 2016, perjalanan dimulai dari Pontianak. Dengan naik pesawat Garuda pukul 08.00 wib, pukul 09.20 sya tiba di Putusibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Kepergian saya ke Danau Sentarum ini ini dalam rangka pengumpulan bahan-bahan untuk penerbitan buku tentang kearifan masyarakat adat Dayak Iban di Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu dalam pengelolaan sumber daya alam. Fokus tulisan tentang pengelolaan sumber daya perikanan danau, Â pengelolaan lebah madu dan pengelolaan sumber daya alam melalui perladangan. Penerbitan buku ini didanai program TFCA dengan mitra lokal Yayasan Lanting Borneo. Saya dan Andika dari Sandu Institut sebagai penulis bukunya. Â
Sebelum memasuki dan setelah keluar dari Danau Luar, sepanjang kiri kanan jalur speedboat kita menyaksikan burung-burung bangau besar yang hinggap di atas jaring-jaring nelayan untuk menangkap ikan. Keluar dari Danau Sentarum, kami memasuki sungai Leboyan, salah satu sungai penting di Kapuas Hulu.Â
Tiga jam perjalanan dari Lanjak, kami tiba di kampung Sungai Pelaik. Kampung Sungai Pelaik ini sebelah kiri mudik sungai Leboyan, setengah jam dari sungai Leboyan. Sebelum tiba di kampung Sungai Pelaik kami melintasi sebuah danau yang cukup luas.
(akan dilanjutkan...) Â Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI