Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lama Kenal; Baru Jumpa Pastor...

25 Juli 2024   13:42 Diperbarui: 25 Juli 2024   13:46 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah radakng, rumah panjang Desa Saham/dokpri

Masa kini, sering terkoneksi dengan masa lalu. Sekitar tahun 2000, dalam liputan jurnalistik untuk Majalah KR, saya bermalam, berinsteraksi dengan masyarakat Dayak Kanayatn di Kampung Sahapm, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Saya menemui Laurentius Taus, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura (kini jadi bruder Kapusin), teman di asrama Sepakat 2 (kini asrama Bonaventura, yang dikelola Bruder MTB) di Gg.Sepakat 2 Jln. Ayani, Pontianak. 

Ayah Taus, Pak Jumpol,  ternyata adalah ketua umat,  guru SD dan kepala desa Sahapm: tokoh masyarakat Desa Sahapm.   Dua malam saya tidur di rumah tunggal mereka yang tidak  jauh dari rumah panjang. Satu malam saya diajak tidur di bilik milik Pak Jumpol di rumah radakng (bhs Kanayatn, rumah panjang) disana. 

Radakng dibangun tahun 1875, dengan Panjang 186 meter, lebar 10 meter dan tinggi lantai sekitar 7 meter dari tanah. Rumah ini memiliki 34 bilik yang dihuni sekitar 200 jiwa. Inilah rumah panjang terdekat dan terpanjang dari kota Pontianak, sekitar 200 km dari kota Pontianak.

Sekitar pukul 18.30 hari pertama, Pak Jumpol dan anak-anaknya, saya tentu serta juga; berkumpul untuk makan malam. Kami duduk melantai beralaskan tikar pandan. Sebelum makan, doa bersama. Selesai makan, kami tetap duduk. Peralatan makan diangkat, dibersihkan, dipasang tikar baru, dinyalakan lilin dan salib. 

Ternyata, selesai makan malam, langsung doa malam. Selesai doa malam, saya wawancara dengan pak Jumpol. Beliau berkisah tentang banyak hal, tentang adat istiadat, budaya dan seluk beluk kehidupan di rumah panjang, termasuk bagaimana beliau mendidik anak-anaknya.

Rumah radakng, rumah panjang Desa Saham/dokpri
Rumah radakng, rumah panjang Desa Saham/dokpri

Hari kedua dan ketiga, ternyata rutinitas sore dan malam di rumah Pak Jumpol seperti hari sebelumnya. Bisik-bisik saya tanya Taus, "Doa malam ini setiap hari kah?". "Iya bang..setiap sore, kami anak-anak wajib kumpul di rumah, apapun kegiatan harus stop. Makan Bersama dan doa malam bersama,"jelasnya dalam bahasa Kanayatn.

Saat itu (tahun 2000) ada dua putra Pak Jumpol yang mau menjadi seorang imam Katolik, yakni Domi dan Bagara. Dalam perjalannya Domi memilih tidak melanjutkan pendidikan keimamatannya (menurut Pastor Bagara, kini bang Domi seorang ASN) dan Bagara yang menjadi pastor dari Ordo Kapusin. Belakangan, Taus juga memilih menjadi seorang bruder, Br. Laurentius Taus, OFM Cap.

Benar kata pepatah, bibit baik menghasilkan buah baik. Tradisi doa di keluarga Pak Jumpol menghasilkan buah: seorang pastor dan seorang bruder.

Pastor Bagara selesai mempersembahkan misa/dokpri
Pastor Bagara selesai mempersembahkan misa/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun