Inda, nama yang dalam kebanyakan orang dipakai perempuan. Inilah orang pertama yang saya kenal di Pulau Nias. Senin, 25 Februari 2019, kali pertama saya menginjakkan kaki di tanah Nias. Sebelumnya sama sekali tidak ada bayangan tentang Nias. Setelah pesawat jenis poker mendarat dengan mulus di bandara Binaka, Gunung Sitoli, baru saya benar-benar merasa di Nias. Pulau yang sempat ramai di media tahun lalu karena kena terjangan tsunami.
Di area kedatangan bandara Binaka, diantara para penumpang dan penjemput, tidak ada satupun orang yang saya kenal. Hanya diberi nomor kontak satu orang: Inda. Ditelpon beberapa kali, tidak diangkat. Saya memutuskan santai jalan-jalan di arena bandara, menonton layar monitor promosi wisata Nias. Setelah menunggu sekitar 15 menit, baru telpon masuk dari Inda dan mengabarkan sedang dalam perjalanan.
Kami menuju kantor pusat Credit Union Lahusa Gomo. Itulah tujuan saya ke Nias. Sebagai pengurus Puskopdit BKCU Kalimantan, saya ditugaskan mengikuti Rapat Anggota Tahunan (RAT) salah satu dari 43 credit union anggota Puskopdit BKCU Kalimantan tersebut. Â
Sebelum berangkat, saya bertanya ke beberapa staf di BKCU yang pernah ke Nias. "Wah, Pak, jalanannya hancur, banyak lobang dan batu-batu,"ujar mereka. Karena itu, pertanyaan awal yang saya ajukan untuk Ama Inda adalah "bagaimana kondisi jalan ke Lahusa-Gomo?". "O..aman pak..mulus,"jelas Ama Inda.
Jika berkendara mesti hati-hati karena selain jalan kecil, turun naik dan berkelok-kelok, masyarakat di desa di sepanjang jalan menjemur padi, pinang, kelapa, kako dan produk pertanian lainnya di badan jalan. Ini cukup mengganggu dan memperlambat perjalanan. "Kalau terpaksa ada kendaraan lain tidak bisa mengelak, ya saya tabrak saja jemuran itu,"kata Ama Inda.
Meski medan perjalanan cukup melelahkan, namun kita akan terhibur dengan suhu yang tidak panas, angin sejuk dari pantai, Â serta hamparan sawah dan kebun coklat, kebun kelapa, pisang, pinang di kiri kanan sepanjang perjalanan. Mau cek mulusnya jalan dari Gunung Sitoli ke Lahusa dan Gomo? Sila buka di chanel youtube saya: .
Saya merasa suasan alam di Nias itu mirip Tana Toraja, Sulsel; berbukit-bukit dan subur. Bedanya suhu di Toraja lebih dingin. Ciri khas makanannya pun mirip: pedas. Inilah yang membuat saya tidak terlalu bisa menikmati anek jenis sayur,lauk selama di Toraja maupun Nias karena usus saya tidak kuat dengan pedas cabe.
Tanggal 26 saya mengikuti dan menyampaikan sambutan dalam RAT CU Sohagaini. Tanggal 27 dan 28 memfasilitasi pendidikan financial literacy (FL) kepada pengurus, pengawas, staf, komite CU Sohagaini, Pasto Anriadi Tinambunan, Pr., Direktur Caritas & PSE Keuskupan Sibolga serta Vincen, staf Puskopdit Nias-Tapanuli.