Sabtu, 20 Mei 2017 yang lalu, hampir saja terjadi kericuhan di Kota Pontianak. Puji Tuhan, masih banyak yang cinta damai dan sigapnya aparat keamanan (TNI-Polri) sehingga konflik tidak terjadi. Di tempat lain, di Kepulauan Natuna, Presiden Jokowi yang berpidato di hadapan 1.500 siswa TNI, begitu marah karena adanya kelompok-kelompok Ormas yang mengedepankan cara-cara kekerasan dan anti Pancasila dan NKRI tetapi kok masih dibiarkan bebas. “Mereka yang anti Pancasila sebagai ideologi Negara kita harus kita gebuk,”kata Pak Presiden. Entah apa yang membuat Mr Presiden begitu geram: apakah pihak terkait (Menkoplhukam, Kejagung, dll) lama sekali membubarkan Ormas yang dimaksud beliau.
Maraknya aksi kekerasan akhir-akhir ini di Indonesia menjadi keprihatinan semua pihak. Bahkan Gereja Katolik Indonesia selama sebulan, pada bulan Mei, bulan Maria, mengajak seluruh Umat Katolik Indonesia berdoa secara khusus untuk keutuhan NKRI dan agar kelompok-kelompok radikal (berkedok agama terutama) bisa sadar. Saya baru ingat, Pastor Paroki Kami, Paroki Stella Maris, Siantan, Pastor Kornelius Keban, MSC., menyampaikan wujud doa Rosario tersebut ketika misa Pembukaan Bulan Maria tanggal 1 Mei 2017 silam.
Bulan Mei setiap tahun dikhususkan Gereja Katolik untuk berdoa bersama Bunda Maria; berdevosi kepada Bunda Maria. Saya kutip dari situs ini; devosi Maria (hyperdulia) adalah seluruh kebaktian kepada Maria Ibu Yesus dari Nazaret dalam bentuk puji-pujian, kagum, hormat dan cinta dengan meneladani cara hidupnya sambil memohon bantuan pengantaraan doanya bagi Gereja yang masih sedang dalam perjalanan ziarah menuju persatuan dengan Allah di tanah air surgawi (bdk.LG No. 66) Setelah mendapat khabar gembira dari Malaikat Tuhan (Lukas 1:26-38), Maria amat bersukacita dan bernubuat: "Yes, from this day forward all generations will call me blessed, for the Almighty has done a great things for me" (Lukas 1:48).
"Rosario" berasal dari kata bahasa Latin "rosa", artinya "bunga mawar". Sedangkan "rosario" artinya "rangkaian atau untaian karangan bunga mawar". Di Eropa dulu (dan sampai sekarang), bunga mempunyai arti yang sangat penting. Bunga bisa diberikan kepada seseorang sebagai tanda cinta, sayang atau hormat.Pada abad pertengahan khususnya, seorang hamba mempunyai kebiasaan merangkaikan karangan bunga mawar untuk kemudian dipersembahkan kepada tuannya. Diperkirakan bahwa umat Kristen pada zaman ini secara imitatif mengambil alih kebiasaan ini. Dalam devosi kepada Maria, umat Kristen menyadari diri sebagai hamba-hamba Maria. Lalu sebagai pelayaan Maria, mereka merangkaikan bunga mawar (wreaths and crowns of roses) untuk dipersembahkan kpd Maria.
Devosi marial pada abad pertengahan berpusat pada simbol bunga mawar. Bunga mawar dirangkai semacam mahkota, lalu meletakannya di rumah ibadat di depan gambar atau patung St. Maria. Dalam proses merangkaikan bunga mawar itu, mereka mengucapkan litani pujian kepada Maria.
Semoga dengan doa dan tindakan nyata Negara (melalui aparaturnya), NKRI tetap utuh dan kelompok-kelompok radikal bisa sadar dengan filosofi kekerasan, bahwa “tindakan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru”.
Selamat berdevosi kepada Bunda Maria kepada umat Katolik di seluruh Indonesia.
(artikel ini saya tulis awal mei 2017 namun baru bisa diupload. meski telat, isinya masih sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H