Tentu saja untuk menggerakkan anggota credit union tersebut bukan pekerjaan mudah. Karena itulah mulai tahun 2015 Puskopdit BKCUK mengadakan pelatihan pengorganisasian masyarakat (community organizing) untuk para Pengurus, Pengawas, Staf, Komite, Kelompok Inti, dll.
Menurut Masius Triadi, Manajer Diklat Puskopdit BKCUK, tujuan training CO adalah untuk meningkatnya pemahaman akar ketidakadilan di masyarakat dan pentingnya pengorganisasian anggota CU; pemahaman tentang konsep, prinsip-prinsip, strategi, dan teknik-teknik pengorganisaisian masyarakat (anggota CU); peserta dapat merancang dan melaksanakan pengorganisasian dan pemberdayaan aggota CU.
“Hasil yg diharapkan dari training CO adalah lahirnya pemahaman dan kesadaran baru tentang pentingnya pengorganisasian masyarakat dalam pengembangan credit union; serta lahirnya para pengorganisir masyarakat (CO) dengan perspektif credit union. Dampak jangka panjang adalah credit union semakin berkembang dan berkelanjutan sebagai dampak dari pengorganisasian masyarakat,”jelas Masius.
Dalam tahun 2017 telah dua kali dilaksanakan training CO. Training pertama tanggal 2-4 Maret di Wisma PU Makasar dengan dengan fasilitator Edi Petebang, ketua Sandu Institut yang juga Komite Pemberdayaan Puskopdit BKCUK dan co-fasilitator Dominikus Dakosta, Manajer pemberdayaan Puskopdit BKCUK. Peserta training sebanyak 24 orang dari CU Gerbang Kasih, Larantuka; CU Bahtera Sejahtera, Maumere; CU Kasih Sejahtera, Atambua; CU Ndar Sesepok, Agat; CU Hati Amboina, Ambon; CU Sempekat Ningkah Olo, Kaltim; CU Mototabian, Sulsel dan CU Mekar Kasih, Makasar.
Training kedua dilaksanakan tanggal 4-6 Mei 2017 di Hotel Cavinton, Yogyakarta yang difasilitasi Edi Petebang dengan fasilitator trainee Andi, staf pemberdayaan Puskopdit BKCUK. Peserta training berjumlah 50 orang dari 10 credit union anggota Puskopdit BKCUK di wilayah Jawa, Sumatera dan Kaltara. Yakni dari CU Jembatan Kasih, Batam; CU Usaha Kita, Sekadau-Kalbar; CU Femung Pebaya, Malinau-Kaltara; CU Semangat Warga, Jombang; CU Prima Danarta, Surabaya; CU Angudi Laras, Yogyakarta; CU Deus Provi Debit, Semarang; CU Pangudi Luhur Kasih, Semarang; CU Kridha Raharja, Bawen-Jateng; CU Cindelaras Tumangkar, Yogyakarta.
Ada juga training CO yang dilaksanakan sendiri oleh CU, yakni CU Remaung Kecubung, Pangkalan Bun, Kalteng. Training yang dilaksanakan di kantor TP Pangkalan Banteng tersebut diikuti 28 orang terdiri dari Pengurus, staf dan kelompok inti.
Dengan pengorganisasian masyarakat (baca: anggota CU) diharapkan terbangun perubahan dalam masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, adil dan sejahtera berdasarkan harkat dan martabat kemanusiaan. Pengorganisasian masyarakat naik daun ketika modernisasi dan pembangunan di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang, justru menciptakan ketidakadilan, kemiskinan dan beragam bentuk lainnya yang meminggirkan hak dan martabat manusia.
Dalam konteks Indonesia, pengorganisasian menjadi salah satu alat yang digunakan untuk membangun gerakan sosial sejak masa pra kemerdekaan, revolusi, reformasi, hingga kini.
Pengorganisasian bukan pekerjaan cepat jadi; tetapi kerja keberpihakan yang berkelanjutan yang mampu menggerakkan orang untuk berproses bersama hingga mampu menemukenali bermacam-macam potensi, kekuatan, peluang, masalah, ancaman, sistem, struktur, budaya, dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Menurut Frans Laten, General Manajer Puskopdit BKCU Kalimantan, gerakan credit union dalam kordinasi Puskopdit BKCU Kalimantan berkeyakinan jika pemberdayaan kelompok binaan dan komunitas dampingan dilakukan terus menerus secara massif maka akan mengembalikan jati diri credit union sebagai lembaga pemberdayaan yang mengontrol penggunaan uang, memperbaiki nilai-nilai moral dan fisik angdota CU dan memberdayakan anggota CU untuk mandiri seperti pesan Raiffeisen.***