Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Danau Sentarum: Surga Ikan dan Madu di Borneo

22 Januari 2017   23:53 Diperbarui: 23 Januari 2017   00:01 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama saya mengetahui (dari membaca dan mendengar langsung cerita) tentang kekayaan, keunikan Danau Sentarum di Kapuas Hulu. Sudah lama pula hasrat kesana saya pendam karena belum ada kesempatan. Di penghujung tahun 2016, tepatnya bulan November 2016 akhirnya kesempatan itu datang. Meski tidak seratus persen berwisata, namun sambil melakukan pekerjaan, saya pun bisa menikmati perjalanan nan jauh dari Pontianak ke sana; bisa menikmati ikan dan bertemu dengan keramahtamahan warganya.  

Senin, 14 November 2016, perjalanan dimulai dari Pontianak. Dengan naik pesawat Garuda pukul 08.00 wib, pukul 09.20 sya tiba di Putusibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Kepergian saya ke Danau Sentarum ini ini dalam rangka pengumpulan bahan-bahan untuk penerbitan buku tentang kearifan masyarakat adat Dayak Iban di Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu dalam pengelolaan sumber daya alam. Fokus tulisan tentang pengelolaan sumber daya perikanan danau,  pengelolaan lebah madu dan pengelolaan sumber daya alam melalui perladangan. Penerbitan buku ini didanai program TFCA dengan mitra lokal Yayasan Lanting Borneo. Saya dan Andika dari Sandu Institut sebagai penulis bukunya.  

Danau sentarum ((foto: edi petebang)
Danau sentarum ((foto: edi petebang)
Siang sampai sore kami berdiskusi tentang isi buku dan teknis ke lapangan. Esoknya diskusi masih dilanjutkan sampai sore. Malamnya saya bersama Tim dari Lanting Borneo melanjutkan perjalanan menuju Lanjak, ibu kota kecamatan Batang Lupar dengan mobil. Jarak Putusibau-Lanjak sekitar 120 kilometer, kami tempuh sekitar 4 jam. Karena perjalanan malam dan hujan, saya tidak bisa menikmati pemandangan di perjalanan ini. Sepulangnya barulah saya tahu bahwa jalanannya ternyata turun naik bukit dengan tikungan-tikungan tajam yang membuat adrenalin kita terpacu kencang. Di kiri kanan jalan Putusibau-Lanjak kita saksikan perkampungan, ladang, kebun-kebun karet dan bekas tebangan kayu logging.

Tenun ikat Dayak Iban (foto: edi petebang)
Tenun ikat Dayak Iban (foto: edi petebang)
Pagi-pagi dari Lanjak, dengan naik speedboat 20 tenaga kuda,  kami berlima memulai petualangan panjang. Di Lanjak tersedia banyak speedboat yang disewakan dengan tarif 300-5-- ribu perhari. Total rombongan kami menggunakan 3 speedboat.  Tiga menit dari dermaga speedboat Lanjak, kami memasuki Danau Luar, danau terbesar dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS). Selama 15 menit membelah Danau Luar, kita serasa berada di lautan karena luasnya danau ini.   

Sebelum memasuki dan setelah keluar dari Danau Luar, sepanjang kiri kanan jalur speedboat kita menyaksikan burung-burung bangau besar yang hinggap di atas jaring-jaring nelayan untuk menangkap ikan. Keluar dari Danau Sentarum, kami memasuki sungai Leboyan, salah satu sungai penting di Kapuas Hulu. 

warga Sei Pelaik membuat bubu untuk menangka ikan (foto: edi petebang)
warga Sei Pelaik membuat bubu untuk menangka ikan (foto: edi petebang)
Perjalanan menyusuri sungai Leboyan lebih mengasyikkan. Kita akan melewati kampung-kampung di tepian sungai dengan beragam aktivitas warganya. Di sepanjang kiri kanan sungai di kampung-kampung itu dipenuhi keramba ikan toman. Di hulu dan hilir kampung, sepanjang kiri kanan sungai dipenuhi jaring untuk menangkap ikan. Yang tidak akan ditemui di sungai lain adalah kera merah atau bekantan yang bergelayutan di pepohonan di tepi sungai.

Tiga jam perjalanan dari Lanjak, kami tiba di kampung Sungai Pelaik. Kampung Sungai Pelaik ini sebelah kiri mudik sungai Leboyan, setengah jam dari sungai Leboyan. Sebelum tiba di kampung Sungai Pelaik kami melintasi sebuah danau yang cukup luas.

Baung, salah satu ikan sungai Leboyan
Baung, salah satu ikan sungai Leboyan
Sungai Pelaik adalah kampung yang dihuni warga Dayak Iban yang bermukim dalam satu rumah panjang. Di rumah panjang ini terdapat 11 bilik dengan 11 kepala kelaurga. Di kampung ini saya menginap dua malam.

(akan dilanjutkan...)        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun