Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Saatnya Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di Nganjuk Naik Kelas

1 Juni 2024   05:44 Diperbarui: 2 Juni 2024   18:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penganugerahan Kepala Madrasah Aktif Literasi (dokpri)

Pelatihan Menulis dan Membaca Puisi tahun 2024 telah dilaksanakan di Nganjuk pada 30 Mei 2024 kemarin. Pelatihan digelar di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk. Ditutup dengan penganugerahan sertifikat bagi semua peserta. Sebuah event yang memakan waktu sehari penuh dan merupakan momen yang tidak terlupakan. Program intensif pelatihan untuk Guru Nganjuk dan sekitarnya persembahan dari Ikatan Guru Madrasah Penggiat Literasi (IGMPL) Nganjuk.

Selain sertifikat, Pelatihan tersebut juga akan menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi dari para peserta. Tulisan dibuat selepas acara pelatihan. Nuansa pengamalan ilmu dengan mempraktekkan menjadikan sempurnanya acara pelatihan tersebut. Apalagi sang narasumber sudah menyatakan kesediaan untuk menjadi editor atas karya yang telah dikumpulkan peserta hari itu.

Para peserta yang terdiri dari Guru RA, Guru MI, Guru MTs, Guru MA serta Penggerak Literasi IGMPL berjumlah 154 peserta. Ada sekitar 8 peserta yang berasal dari luar kota Nganjuk. Jumlah yang di luar ekpektasi panitia sehingga membuat Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk lumayan penuh di hari itu. Kelas tersebut dimentori langsung oleh Agus Rego Subagyo. Beliau merupakan pendiri Rumah Ilalang dan Wakil Ketua Yayasan Pelaku Teater Indonesia.

Pertama, sambutan acara disampaikan oleh Henny Suci Herawati, M.Pd sebagai ketua IGMPL Kabupaten Nganjuk sekaligus ketua pelaksana kegiatan pelatihan. Kedua, sambutan oleh Ahmad Syaikhu yang merupakan Ketua IGMPL Propinsi Jawa Timur. Selanjutnya adalah sambutan diberikan oleh kepala Kemenag Kabupaten Nganjuk disampaikan langsung H. Mohamad Afif Fauzi, S.Ag, M.Pd.I sekaligus membuka secara resmi kegiatan acara pada pagi tersebut.

Menarik sekali pada waktu Ahmad Syaikhu menyampaikan sambutannya. Untuk pemanasan acara, beliau sempat membacakan sebuah puisi dan memberikan buah tangan. Buah tangan itu adalah sebuah hadiah buku berjudul Jiwa-jiwa yang Cendayam yang diperuntukkan kepada kepala Kemenag Nganjuk. Sebuah tradisi literasi yang dicontohkan oleh para pejabat untuk membangun pondasi literasi di kota Nganjuk tercinta.

Pemantik awal saat materi menulis puisi, Agus R. Subagyo menyampaikan syarat puisi. Ada 10 kriteria menurut Agus Rego yang perlu disampaikan karena tidak ada di google jadi perlu disampaiakn pada kelas pelatihannya. Setelah itu, dilanjutkan pada segmen tanya jawab. Karena para peserta sangat antusias banyak sekali pertanyaan dari peserta sampai segmen ditutup.

Ada pesan Narasumber cukup menarik agar kita nantinya tidak tersesat menjadi penulis puisi yang sombong. 

Bunyinya, "Secara pengetahuan setiap diri kita tidak sempurna begitu juga karya kita". 

Sehingga kita butuh selalu masukan dan saran dari ahli dan pakar di bidangnya. Karya yang telah kita hasilkan perlu proses penyempurnaan agar ruhnya abadi sepanjang masa.

Tambahan tips untuk menulis puisi kita harus pandai mencari sudut pandang yang tidak atau belum terbaca oleh penulis sebelumnya. Sedangkan untuk menumbuhkan rasa dalam membaca puisi, kita perlu membungkus tema dengan majas yang kuat. Dengan begitu, ruh dalam puisi yang dipersepsikan sebagai anak oleh Agus Rego Subagyo betul-betul hidup.

Segmen selanjutnya adalah tentang membaca puisi. Ada banyak hal yang Agus R. Subagyo paparkan untuk menjadi pembaca puisi yang baik. Di mulai dari pelatihan Konsentrasi, olah pernafasan, olah suara, olah gerak, olah rasa dan penjiwaan, imajinasi, interpretasi, teknik memberi isi, pelafalan dan dinamika.

Penampilan Agus R. Subagyo bersama Anak Didik Rumah Ilalang (dokpri)
Penampilan Agus R. Subagyo bersama Anak Didik Rumah Ilalang (dokpri)
Kesimpulan yang perlu kita garis bawahi adalah tidak ada hasil baik instan di dunia ini. Begitu juga dalam membaca puisi, perlu dan butuh waktu untuk belajar. Agus Rego Subagyo sempat menanyakan kepada anak didik yang menemani perform di depan, "Berapa lama belajar di Rumah Ilalang? Di jawab dengan lugas "4 tahun". Waktu yang tidak sebentar untuk berproses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun