Gotong royong di negara kita belum luntur. Tidak tergerus oleh arus globalisasi.
Salah satu contoh nyata bagaimana hajat pernikahan yang ada di desa dilaksanakan. Tetangga kanan kiri pasti akan membantu kesibukan persiapan sampai selesai.
Beda daerah beda tradisi. Semisal ditempat saya ada istilah munjung. Artinya sebelum hari-H pernikahan, tetangga kanan kiri diaturi makanan serta diundang untuk menghadiri acaranya.
Kurang mulia bagaimana? Dibawakan makanan kemudian diharapkan kehadirannya. Tapi hadir itu juga harus bawa buah tangan atau hadiah.
Jika yang datang adalah teman dari orang tua pengantin, buah tangan yang dibawa biasanya sembako beserta amplop. Sedangkan kalau hanya teman pengantin biasanya akan membawa kado, amplop atau ada yang dobel dua-duanya.
Di tempat pengantin itu, para tamu akan dijamu dengan istimewa. Apalagi undangannya adalah undangan walimatul ursy atau syukuran pernikahan.
Biasanya acara digelar pada hari yang sama setelah pengantin mengikrarkan akad nikah. Setelah sah menjadi suami-istri keluarga mempelai laki dan perempuan di rumah mempelai perempuan untuk merayakannya.
Di hari berikutnya, mempelai akan diantar ke rumah mempelai pria. Di sana kurang lebih acaranya hampir sama dengan acara sebelumnya yakni ramah tamah dan resepsi pernikahan.
Kebiasaan yang sempat penulis ketahui acara resepsi selalu resmi dengan MC atau pembawa acara. Bahkan beberapa daerah di Jawa Timur ada MC khusus yang diundang dengan bahasa jawa yang sudah agak sulit dipahami masyarakat modern.Â
Setelah semua acara selesai, di depan pintu masuk biasanya disediakan kotak besar untuk memasukkan amplop sumbangan. Di sinilah terlihat jelas bagaimana sistem gotong royong terbangun secara apik, tanpa pemaksaan.