Mohon tunggu...
Jako Tingkir
Jako Tingkir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat musik yang suka segala jenis musik mulai dari dangdut, pop, rock n roll, jazz, hardrock, heavy metal, classic, dan lain lain yang penting enak didengar ditelinga dan dihati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seharusnya Om Ahok Bangga Disebut Kafir

9 Oktober 2016   14:26 Diperbarui: 9 Oktober 2016   14:30 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang saya agak bingung sama temen-temen Indonesia ini. Terkadang mereka menggunakan istilah tanpa tahu makna atau mereka disebut sesuatu tanpa tahu maknanya terus marah-marah.  Seperti om Ahok yang marah-marah ketika disebut kafir. Lah memang Kafir itu apa sih? Coba cek di google. Kafir itu adalah menutup/menolak risalah Islam. Artinya jelas ya. Kalau orang itu menolak Islam itu disebut Kafir dari sudut pandang Islam. Itu sama halnya kalau kafir dari sudut pandang Kristen atau Budha atau Hindu atau agama lainnya. Misalnya orang yang menolak Kristen itu disebut kafir dari sudut pandang kristen. Atau orang yang menolak Budha itu disebut Kafir dari sudut pandang Budha, dan seterusnya.

Jadi temen-temen, simpel aja kok, orang Kristen itu kafir menurut Islam dan sebaliknya, orang Islam itu Kafir menurut Kristen. Simpel kan. Kenapa jadi pada takut disebut kafir. Saya akan merasa bangga disebut Kafir oleh temen saya yang beragama Kristen. Itu artinya saya mengimani Islam. Begitu pula sebaliknya, orang Kristen seharusnya bangga disebut Kafir oleh orang yang beragama lain. Itu artinya dia mengimani Kristen. Nah itu orang-orang yang nyebut om Ahok Kafir kan kebanyakan orang Islam. Seharusnya om Ahok sebagai orang yang beragama Kristen ya merasa bangga dong. Itu artinya om Ahok itu orang Kristen bukan Islam. Kecuali yang bilang Kafir itu temennya om Ahok yang beragama Kristen.

Jadi temen-temen pendukung om Ahok, santai ajalah. Kalo dalam Islam toleransi itu sangat jelas. Bagimu agamamu bagiku agamaku. Bukan campur-campur.

Kebingungan saya yang kedua adalah polemik Al Maidah 51. Ayat itu sudah terang benderang terjemahannya maupun tafsirnya. Mulai dari Sahabat, Tabi’in dan seluruh ulama sesudahnya mengartikan dengan jelas, lugas dan gamblang. Hanya ulama-ulama yang sok kekinian itulah yang dengan lancang mengubahnya.

Yang bikin saya bingung adalah sikap sebagian teman-teman muslim saya.

Kalau om Ahok yang mengartikan dan mentafsirkan secara serampangan ayat itu, ya wajar dong. Dia kan agamanya Kristen. Terserah dia mau terjemahin kayak apa. Toh dia ngga punya ikatan apapun dengan ayat itu. Hanya tinggal tunggu azab dan konsekuensi hukumnya. Gampang kan. Yang bikin saya super bingung adalah temen-temen muslim saya dengan bangganya ikut-ikutan om Ahok menerjemahkan ayat itu secara serampangan.

Saya tidak terlalu menyalahkan teman-teman karena mungkin teman-teman belum tahu dan belum memiliki ilmu atas hal itu. Tapi mungkin inilah saatnya kita bersama-sama bertanya ke masing-masing diri kita. Sudahkah kita menjadi seorang Muslim. Sudahkah kita mempelajari Islam secara menyeluruh? Sudahkah kita menjadikan Islam bukan hanya status di KTP?

Ayolah teman-teman, hidup di dunia ini cuma berapa tahun sih? 60 tahun? 70 tahun? Ngga sebandinglah dengan kehidupan akhirat nanti. Apalagi sekedar membela orang yang hanya tinggal 1 tahun menjabat. Masa kalian rela menanggung dosa untuk orang yang tidak akan membela kalian di akhirat kelak? Kalau kalian rela sih ya ngga apa-apa juga. Itu hak kalian. Toh kalian sudah tahu kan konsekuensinya. Tapi tolong ya teman-teman, mbok ya jangan ngajak-ngajak orang lain untuk ikut langkah kalian ya. Cukup kalian saja yang ikuti om Ahok itu. Terus diem diem aja. Malu ah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun