Rocky Gerung melontarkan kritik picisan (murahan) atas Erick Thohir lantaran Erick mencalonkan Ketum PSSI. Disebut picisan, sebab ia - seperti biasa - tidak paham konteks persoalan. Sehingga kritiknya ngawur.
Baru-baru iniInti kritik Rocky: sebagai menteri, Erick tidak boleh menjadi Ketum PSSI, karena itu hanya akan justru menghabiskan waktu.
Karena tidak paham konteks persoalan, maka kritik Rocky tidak relevan. Adapun soal rangkap jabatan di konfederasi itu tak masalah. Sudah dijelaskan di dalam UU SKN No 3 Tahun 2005. Selebihnya, kritik Rocky bisa dibaca sebagai wujud kedunguan dia. Tapi biar 'fair' dan jelas, mari kita pertajam inti persoalan supaya Rocky sedikit lebih mengerti.
Pertama, sepak bola nasional saat ini tidak sedang baik-baik saja. Seluruh masyarakat bahkan hingga presiden ingin sepak bola kita maju. Sepak bola bukan hanya ajang hiburan, tapi menjadi kebanggaan nasional. Bahkan pada titik tertentu, tidak berlebihan bahwa sepak bola itu bisa menjadi ajang untuk menguatkan nasionalisme kita.
Kedua, sepak bola membutuhkan pembenahan besar-besaran. Mestinya Rocky paham bahwa kita baru saja dihadapkan pada tragedi Kanjuruhan, akibat sepak bola yang salah kelola.
Situasi ini membutuhkan orang yang tepat. Nah, Erick menjadi orang yang diinginkan publik untuk memimpin. Jadi kehadiran Erick dalam kandidasi ketum PSSI karena panggilan publik untuk turut membenahi sepak bola kita. Sebab itu, Erick mendapatkan dukungan dari publik pecinta sepak bola. Bahkan ia mendapatkan izin dari Jokowi untuk membenahi sepak bola kita. Erick dianggap sosok yang tepat untuk membenahi sepak bola kita.
Lagi pula, Erick itu bukan hanya punya kapasitas dan profesionalitas. Ia juga sosok yang tegas dan punya integritas. Ia punya nyali untuk melakukan itu. Kehadirannya bertujuan untuk bersih-bersih PSSI dari oknum-oknum yang selama ini menjadi benalu bagi sepak bola kita. Di situlah harapan publik atas sepak bola kita menjadi terang.
Fakta-fakta terobosan dan keberanian Erick dalam melakukan bersih-bersih terbukti di BUMN. Ia sukses sikat habis koruptor dan oknum-oknum yang menghambat PSSI. Singkat kata, ET bicara dengan tindakan, dengan bukti kerja nyata. Jadi, sekali lagi, kritik bung Rocky jauh dari relevansi. Ngawur. Tidak punya substansi yang jelas, karena tidak paham konteks persoalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H