Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bal-balan, Tinjauan Filosofi Kisruh Pildun U20 2023

31 Maret 2023   14:30 Diperbarui: 31 Maret 2023   14:30 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bal-balan

Saya orang Jawa, sejak belum sekolah sudah main sepak bola. Sohib-sohib saya, mengajaknya dengan kata 'balbalan'.

"Ayo bal-balan", begitu teriaknya, sambil menenteng bola klaras. Klaras adalah daun pisang kering. Klaras digulung-gulung bulat kemudian dirajut pake gedebong pisang (lapisan kulit) yang sudah kering, dijadikan bola. Meskipun terkesan memang sangat miskin, tapi 'balbalan' adalah olah raga yang paling menyenangkan, bahkan saking maniaknya main bola, sementara mungkin gizi kurang, saya sampe sakit kuning, tapi alhamdulillah kelas 5-6, saya boleh berhenti berobat ke puskesmas, alias dianggap sehat.

Sekarang juga sehat, mungkin karena rutin bal-balan sampe umur 58 masih main, saat ini usia jalan 61 masih sehat, hanya olah raganya sudah ganti main pimpong sekarang.

Saya tak hendak menceriterakan kisah melodrama 'balbalan' masa kecil. Rasanya hati saya terusik dengan batalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Woro-woro sudah sangat riuh sejak 3 tahun lalu, pasukan sudah digembleng luar biasa, prajurit timnas yang tadinya kerempeng sudah jadi berotot sejak dilatih Shin Tae Yong, sebuah kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Latihan sangat serius, dan permainan anak-anak garuda melesat, dari yang tadi bleeh staminanya cuma bisa buat lari paling lama 30 menit, sekarang sudah bisa berlari sepanjang pertandingan.

"Serius dibatalkan ? " Begitu para pandemen bal-balan  saling bertanya-tanya, seolah tak percaya 'takbir" eh "takdir"  telah menjadi bubur, sebuat situasi yang sulit kembali, bahkan bubur bisa saja menjadi basi kalau dipolitisir.

Kembali menilik ke kata 'bal-balan'. Saya gak ngerti apakah ini kearifan lokal atau memang, orang Jawa punya kemampuan membaca masa depan. "Bal-balan", maknanya memang tidak serius, terkesan main-main, tidak sungguhan. Merujuk penggunaan kata main-main, Jhony Iskandar mencipta lagu Judul-judulan, isinya pacar-pacaran, dan kawin-kawinan, yang maknanya memang main-main tidak sungguhan.

Mungkinkah sepak bola Indonesia hanya main-main ? Seperti  orang jawa membuat istilah bal-balan. Sepak bola hanya permainan tidak usah di-seriusin. Buktinya sudah puluhan kali ganti pengurus PSSI yang katanya alat perjuangan, sekian  kali ganti pelatih. Latihan serius sampe ke ujung dunia (pernah latihan di Italy, Brazil, Uruguay, Inggris), hasilnya tetap bal-balan alias gak serius, prestasi tak kunjung datang. Pemain Indonesia memang suka " bal-balan", tak suka sepak-bola kapitalis macam negara Eropa, "produksi massal, berlabel, terstruktur, dan standar. Orang Indonesia suka  memainkan sepak bola 'sirkus' di lapangan (silakan dimaknai secara apa adanya atau konotatif, semuanya masih relevan). Saat saya melatih SSB Indonesia Muda (IM) Purwokerto, seringkali saya mendengar 'Pak Nardi' Ketua IM sering teriak "jangan main sirkus", artinya jangan kebanyakan goreng bola dan 'show up'. Saya memang selalu kesulitan  (saya kira pelatih yang lain juga)  menghentikan gaya 'bal-balan', seperti sudah menjadi 'soul'. Jadi mungkin gak penting prestasi, yang penting sepak bola itu indah dinikmati oleh pemain maupun penonton, seperti jogobonito bagi orang Brazil.

Rupanya makna 'bal-balan' memang  sudah mendarah daging secara tidak sadar menjadi perilaku insan sepakbola, sepak bola hanya permainan, dan main-main, sehingga mengelola  sepak bola Indonesia emang seharusnya gak serius. Sepak bola sudah menjadi tempat bermain  para elit, politik-politikan dalam kepengurusan. Orang-orang mau jadi pengurus dan pengelola sepak bola hanya main-main saja tidak "serius" punya  agenda lain, mungkin bisnis-bisnisan, cuan-cuanan, politik-politikan, suap-suapan, apalagi ya (silakan dianalisa saja, pasti itu cuma pendapat ngawur)

Sampai-sampai ikut bidding tuan rumah Piala Dunia U-20, dan akhirnya menangdan ditunjuk jadi tuan rumah, ternyata kita masih 'bal-balan', gak serius. Banyak yang bilang, termasuk saya kayaknya. Emang gak mikir dari awal kalau Israel bisa jadi peserta.

Tuan Gubernur Bali I Wayan Koster sudah tanda tangan komitmen, kok malah bikin surat cinta. Emang gak bisa duduk ngobrol bareng sama pengurus persatuan 'bal-balan' Indonesia PSSI. Tuan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, emang gak bisa datang ke PSSI ngobrolin menolak Israel. Jadi gak hikin gemes netizen yang mau pansos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun