Semenjak akhir Januari 2014, sebagian wilayah di Indonesia terutama Sumatera dan Kalimantan mulai ditutupi kabut asap. Fenomena yang sering terjadi di awal musim kemarau hingga akhir musim kemarau ini terjadi dikarenakan adanya kebakaran hutan yang disengaja maupun tidak disengaja, ditambah lagi curah hujan yang mulai berkurang bahkan bisa dalam waktu yang lama tidak terjadi hujan. Kabut asap (smoke)dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dan berupa partikel-partikel kecil kering (aerosol) yang melayang diudara sehingga dapat menyebabkan penglihatan mendatar menjadi pendek.
Kabut asap memberi banyak dampak pada rutinitas sehari-hari. Kabut asap dapat menimbulkan beberapa gangguan kesehatan seperti ISPA dan disentri, seperti yang dirasakan masyarakat dibeberapa daerah seperti Riau dan Kalimantan Barat. Proses belajar pun terganggu, di sebagian daerah di Riau, beberapa sekolah terpaksa diliburkan. Rutinintas penerbangan di beberapa bandara di Sumatera juga tidak dapat terhindar dari dampak yang ditimbulkan kabut asap, beberapa jadwal penerbangan terpaksa delay seperti yang terjadi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, bahkan tercatat 80 jadwal penerbangan di delay dan beberapa penerbangan dibatalkan.
Titik api dan sebaran asap
Menurut pantauan satelit Terra & Aqua BMKG yang disajikan dalam data MODIS tanggal 14 Februari pukul 05.00 WIB. Selama sepuluh hari terakhir terhitung sejak Selasa(04/02) hingga Kamis(13/02), titik api (hotspot) ditemukan tertinggi di daerah Sumtera pada Rabu(12/02) dengan 392 titik api, yang didominasi oleh Provinsi Riau 243 titik api, Aceh 75 dan Sumatera Utara 74 titik api . Sedangkan untuk daerah Kalimantan tertinggi pada  Selasa(04/02) yang didominasi Provinsi Kalimantan Barat. Untuk pantauan terakhir Rabu(13/02) terdapat 47 titik api di wilayah Sumatera.
Sebaran asap yang terjadi diperkirakan akan semakin meluas jika tidak segera ditanggulangi, ditambah lagi oleh prakiraan curah hujan yang berada di bawah normal periode Februari hingga Maret didaerah Sumatera bagian timur dan Kalimantan bagian barat dan selatan. Hembusan angin yang rata-rata masih sedikit kencang dan bertiup dari arah Barat hingga Utara menyebabkan kabut asap akan tetap meluas.
Kabut asap di Bengkulu
Wilayah Bengkulu sendiri tidak dapat terhindar dari sebaran kabut asap itu sendiri, selain ditemukannya titik api didaerah Bengkulu, asap juga dibawa oleh hembusan angin dari daerah sekitarnya seperti Jambi dan Padang. Stasiun Meteorologi Fatmawati Bengkulu mencatat Rabu(13/02) siang terdapat kabut asap disekitar bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, keadaan ini akan terus terjadi jika titik api semakin bertambah. Untuk rutinitas penerbangan di bandara Fatmawati Soekarno untungnya tidak terjadi gangguan penerbangan, tetapi jika keadaan terus terjadi bisa jadi akan terjadi gangguan jadwal penerbangan karena jarak pandang mendatar sempat mencapai 3000 meter di landasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H