Mohon tunggu...
Jaka Nusantara
Jaka Nusantara Mohon Tunggu... -

Pemuda Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ramadhan 1434H Hari#2

11 Juli 2013   08:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahagia adalah kosa kata jiwa. Maka jika kita ingin bahagia, tentunya jiwa kita harus terpelihara. Dan shalat, adalah sarana yang Allah sediakan bagi kita untuk memelihara jiwa. Seperti sabda nabi, bahwa shalat adalah tiang agama. Ya, shalat adalah tiang jiwa kita, tiang kehidupan kita. Minimal dalam sehari semalam, ada 5 tiang yang harus kita jaga, itulah shalat wajib 5 waktu. Shalat wajib 5 waktu itu saja, apabila kita jaga sepenuh jiwa, pasti efeknya sangat luar biasa bagi jiwa dan kehidupan kita. Apalagi jika ditambah dengan shalat sunnah lainnya seperti rawatib, dhuha, dan tahajud. Shalat sunnah itu seperti tiang – tiang tambahan yang membuat jiwa dan kehidupan kita semakin kokoh.

Namun jujur aku akui, walaupun aku tidak pernah meninggalkan shalat wajib 5 waktu, kualitas shalatku masih belum sempurna. Terkadang kecepatan shalatku tidak bisa aku kontrol. Saking cepatnya aku baru tersadar kalau aku sudah shalat setelah salam dan biasanya tidak lebih dari 5 menit. Bisa dikatakan, ragaku shalat, tapi jiwaku belum. Aku melakukan shalat wajib 5 waktu hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibanku saja. Namun shalat 5 waktu itu belum menyentuh jiwaku dan belum membuat jiwaku menjadi kokoh dan kaya. Bagaimana tidak, aku tidak melibatkan jiwa dalam shalatku.

Padahal, betapa kokohnya jiwaku, betapa mantapnya jiwaku, betapa kayanya jiwaku, betapa meningkatnya kualitas jiwaku, betapa dahsyatnya kekuatan jiwaku, jika aku di setiap shalat yang pasti aku lakukan setiap hari itu, aku libatkan jiwaku.

Kalau aku pikir – pikir, betapa bodohnya aku tidak melibatkan jiwaku dalam shalat yang ragaku lakukan. Betapa ruginya aku. Padahal shalat wajib 5 waktu itu pasti ragaku lakukan. Dengan atau tanpa jiwa pun shalat wajib 5 waktu itu pasti tetap ragaku lakukan setiap harinya karena aku sadar bahwa itu kewajiban. Kalau seandainya sejak aku baligh aku sudah melibatkan jiwaku dalam shalatku, betapa dahsyatnya kualitas jiwa dan kepribadianku, karena setiap hari jiwaku selalu dipelihara, dirawat, bertumbuh dan berkembang.

Namun aku juga bersyukur, Allah masih memberiku kesempatan. Dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini lagi. Aku berharap dalam setiap shalat yang ragaku lakukan, jiwaku juga shalat. Aku berharap aku bisa selalu merasakan keni’matan di setiap shalat yang aku lakukan. Dan aku berharap, shalat yang aku lakukan berdampak positif bagi jiwa dan kehidupanku. Amiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun