Mohon tunggu...
anang rubyanto
anang rubyanto Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota ITS Surabaya, yang sedang belajar merencanakan hidup

Selanjutnya

Tutup

Humor

Helen dan Kristin

5 Agustus 2011   15:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Salam tawa para pembaca yang budiman, semoga tuhan masih memberikan nikmat tawa dan canda pada kehidupan anda sekalian, perkenalkan nama saya Anang Rubyanto Asnar, sebagian orang memanggil saya dengan nama Anang, dan keluarga saya lebih mengenal saya dengan nama Robi, dahulu saya sering memperkenalkan nama saya secara tidak langsung, salah satunya seperti ini “saya tidak akan mengungkapkan nama saya, saya hanya akan menyebutkan clue dan silahkan kalian menebak, nama saya erat kaitannya dengan penyanyi Krisdayanti” maka setelah mereka mendengar nama “Krisdayanti” otak mungil mereka akan mengasosiasikan dengan juri Indonesian Idol, ANANG, namun jika saat ini saya menggunakan cara yang sama untuk berkenalan, maka orang akan mengira nama saya “Raul Lemos”, dan jika saya mengganti “Krisdayanti” dengan “Keris Empu Gandring” maka saya akan dikenal sebagai “Ken Arok”.

Anyway saya sudah banyak mengkoleksi nama, bukan karena saya teroris yang ketika tertangkap sering disebutkan namanya oleh media dengan alias - alias yang panjangnya tak akan mampu diakomodir oleh kotak - kotak kecil di lembar Formulir SNMPTN, tapi karena orang banyak memberi julukan pada saya, ada yang menyebut saya “mata elang” karena dulu waktu SMP doyan ngintipin gadis2, ada yang menyebut saya “kempel”, bukan karena saya jarang keramas dan membuat rambut menjadi tebal tak terawat, dan terakhir waktu SMA saya sering dikatai “MAHO” (Manusia Homo), julukan ini bukan karena saya ketahuan berbuat asusila dengan sesama jenis di sekolah, tapi karena belum dapat kesempatan untuk menggaet satu atau dua orang wanita, ya mereka kira orang yang gak menggandeng gadis berarti HOMO, parahnya brand ini melekat begitu hebat di otak teman - teman SMA saya, beberapa teman tidak bisa lagi mengingat nama Anang, namun ketika “MAHO” yang terdengar oleh mereka maka secara otomatis otak mereka akan mengasosiasikan MAHO dengan Murid SMA sering REMIDI waktu ulangan,berbadan tambun dan berwajah alakadarnya yang kelakuaannya semasa SMA tidak bisa diasosiasikan dengan pelajar sama sekali, membawa sepatu tapi lebih sering “nyeker”,baru mengendarai sepeda motor waktu kelas XII itupun dengan kecepatan yang tidak lebih cepat dari kayuhan becak.

anyway,pada pos ini saya ingin menceritakan bahwa saya tidak HOMO, akan saya ceritakan pada kalian kalau saya pernah suka seoranga gadis, setidaknya itu pangakuan dari dia, saya sendiri belum pernah memeriksa apa yang ada di balik pakian dalamnya, tapi marilah kita berbaik sangka dan mengasumsikan bahwa makhluk yang saya sukai itu adalah gadis dan … manusia.

Kisah ini terjadi ketika saya masih kelas 4 SD, waktu itu saya tinggal di kota Rantau Prapat kota yang cukup terpencil berjarak kurang lebih 300 km dari ibukota propinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Saya tinggal di sebuah Perumahan yang hanya berisi 4 unit rumah, perumahan itu berdempetan langsung dengan tempat ayah saya bekerja mengais nafkah untuk seorang istri dan 3 orang anak yaitu Bank EXIM (Bank Expor impor, pasca tahun 1998 merger menjadi Bank Mandiri). 2 unit dari rumah itu berukuran besar sebagai rumah tinggal untuk “Kepala Cabang” dan “Wakil Kepala Cabang” sedangkan dua unit lain untuk “Kepala Bagian”, walaupun hanya berisi 4 unit rumah namun fasilitas yang ada cukup lengkap, sebut saja lapangan Badminton, Lapangan Tenis dan Lapangan Voli, ada semua di perumahan itu.

Tersebutlah Pak Eksir, Pria muda perlente yang dipindah tugaskan dari Medan ke Rantau Prapat, jika boleh saya gambarkan maka akan saya sandingkan dia satu level dengan “Dimas Beck” personel “BBB”, tidak akan saya bahas bagian tubuhnya satu persatu karena akan melenceng jauh dari tujuan tulisan ini, yaitu menceritakan ketidak homo an saya, adapun jika saya deskripsikan ketampanan dari Pak Eksir ini akan memojokkan saya pada hipotesis “saya gemar pada pria”, maka dengan berat hati saya skip bagian itu.

Suatu hari pak Eksir didatangi oleh Ibu dan Dua orang keponakannya dari Medan, katanya sih dalam rangka liburan sekolah, anyway pak Eksir memperkenalkan dua orang keponakannya itu yang masih sebaya dengan saya, sebut saja “Helen” dan “Kris”, Helen ini adalah gadis belia berkulit putih, berwajah agak bule, berrambut pendek bergelombang dengan bodi gitar Spanyol, jika diizinkan maka saya sandingkan keindahannya sama dengan Asmirandah, sedangkan seorang lagi saya kenali sebagai seorang Pria berbadan agak gemuk, rambut agak gondrong , dan wajah yang jauh sekali dari Helen sehingga saya yakin kalau mereka bukan saudara kandung.

ntah apa tujuan pak Eksir memperkenalkan dua keponakannya itu, dari hasil analisa saya mengatakan bahwa mereka “bosan”, ya tentu saja mereka berkunjung ke kota kecil dimana Mall adalah Bangunan Mustahil dan Super Market Baru bisa membuat satu kota heboh gak ada tempat yang cozy anak - anak yang ngaku keren bermain DINGDONG dengan uang recehan dan rental PS 1 bersama dengan pria - pria dewasa kurang kerjaan. Walaupun terpaut 2 tahun saya waktu itu kelas 4 SD kami berhasil melalui tahap canggung dalam dunia pertemanan dan berhasil mencair dalam keakraban, kami bermain setiap hari, mulai dari PS, Badminton, Voli, dan Tenis, bahkan sepak bola, saya tunjukkan tendangan - tendangan indah ala David Beckham pada mereka, sekali Helen menjad Kiper saya beri bola mudah sedangkan pada Kris tanpa rasa sungkan saya beri tendangan - tendangan keras nan maut.

Sesekali saya berjalan - jalan di sekitar komplek dengan Helen, tanpa Kris, kami bicara tentang sekolah, teman - teman, para guru, jajanan, dan semua hal yang mampu ditangkap anak - anak minim wawasan pada umumnya, saya lebih akrab dengan Helen yang perempuan daripada Kris yang lelaki. suatu kesempatan saya berjalan dengan Helen saya menyatakan cinta padanya, tidak tahu dorongan dari mana tapi dari analisa saya itu pasti akibat efek samping dari terlalu banyak menonton Sinetron “Tersanjung” dan Telenovela, tentu saja Helen kaget, tapi dia cukup dewasa untuk menjelaskan pada saya bahwa cinta tak semudah itu, itu benda haram bagi anak kecil bau kencur macam kami, jadi dia tolak dengan halus, saya sendiri tidak merasa kecewa,sakit hati dan lantas menenggak Baygon Rasa Jeruk, saya nikmati hari - hari terakhir bersama Helen seperti biasa.

Suatu sore, setelah mandi saya pergi menghampiri kediaman Helen, di sana saya menjumpai adik saya yang tengah asyik menikmati segelas susu dan sepiring biskuit, saya kaget, tapi bukan karena ada adik saya disitu, saya kaget karena saya melihat Kris menggunakan Rok alias Skirt, maka saya bertanya “Lho Kris kamu ngapain pake rok ?” dan dengan santainya Kris menjawab “aku kan perempuan, masa gak boleh pake rok?”, sesaat kepala saya berputar - putar, pusing, mual ingin muntah saya lari ke rumah, saya batalkan acara bermain - main dengan Helen, saya masuk kamar dan mulai mengingat - ngingat lagi perbuatan tidak senonoh apa yang telah saya perbuat pada Kris, selama ini saya kira ia Pria sehingga dengan semena - mena saya raba - raba tubuhnya, saya peluk kadang - kadang, dan saya tinju - tinju dadanya sesekali, yah saya akhirnya tahu kalau nama Kris adalah panggilan untuk Kristin

akhir kata saya sendiri tidak tahu apakah tulisan ini berhasil membuat kalian menjadi yakin kalau saya tidak Homo, apakah tidak bisa membedakan antara laki - laki dan perempuan adalah cara saya untuk menunjukkn bahwa saya tidak homo ? whatever, apapun kesimpulan dari anda yang saya harapkan adalah anda tertawa membaca cerita saya, terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun