Puisi: "Rindu yang Tak Bertuan"
(Puisi epik berdasarkan cerita dan makna lagu)
Di bawah langit malam, hujan pun jatuh,
Di rantau urang, di tanah yang jauh.
Manitik pilu dalam hati, tersimpan,
Rindu yang tak bertuan, tanpa arah, tertahan.
Bunga hanyut di sungai deras,
Seperti cinta yang tak pernah terbalas.
Janji di bawah bulan, terikat di sana,
Namun kini kenangan menjadi luka.
Rindu yang tak babaliak,
Hanya bayang-bayang yang meresah, tak berjejak.
Di manakah cinta yang dahulu hangat?
Kini hanya hampa, rasa yang terhambat.
Bagai janji di batang pohon besar,
Bunga yang dijanjikan, layu tanpa sadar.
Tersangkut tali cinta yang tak tersimpul,
Tak ada jalan pulang, terombang-ambing, tak terpikul.
Angin jauh pun berbisik lirih,
Membawa rindu yang kian perih.
Cinta yang tak pernah sampai,
Seperti emas terpendam, tanpa tuan, tanpa damai.
Rindu yang tak terjawab, tak bertepi,
Mengisi hati dengan luka yang tersembunyi.
Namun dalam kesunyian yang tiada batas,
Masih ada keindahan cinta yang abadi, meski tak terbalas.
Deskripsi Lagu Epik: "Rindu yang Tak Bertuan"
"Rindu yang Tak Bertuan" adalah sebuah puisi epik yang menggambarkan perjalanan emosi dalam menghadapi kerinduan yang tak pernah berbalas. Di bawah langit malam yang kelam, hujan turun sebagai simbol dari perasaan yang dalam dan tak tersampaikan. Terletak di rantau yang jauh, puisi ini menceritakan tentang seorang individu yang terjebak dalam kerinduan tanpa tujuan, seolah-olah cinta itu hanyut, tak pernah sampai pada tujuannya.
Bunga yang hanyut di sungai deras menjadi metafora untuk cinta yang hilang, yang pernah dijanjikan di bawah bulan namun kini hanya menjadi kenangan pahit. Rindu yang terus hadir dalam bayangan adalah penggambaran dari perasaan yang tak pernah bisa dilepaskan, menggema dalam hati meski cinta yang dulu hangat kini terasa hampa.
Bagai janji yang pernah terucap di bawah pohon besar, harapan cinta yang pernah hidup kini layu tanpa disadari. Tersangkut di tali cinta yang tak pernah tersimpul, perasaan itu tak menemukan jalan untuk kembali, terombang-ambing tanpa tujuan, tanpa pelabuhan untuk pulang.
Angin jauh membawa bisikan lirih yang kian perih, semakin memperdalam luka dari rindu yang tak pernah terjawab. Seperti emas yang terpendam tanpa pemilik, cinta yang tak pernah berlabuh tetap indah meski tak ada yang dapat memilikinya.
Puisi ini melukiskan bahwa meski rindu yang tak terjawab dapat memenuhi hati dengan luka, di balik kesakitan itu tersimpan keindahan cinta yang abadi, cinta yang meskipun tak terbalas, tetap hidup dalam diamnya.