Indonesia adalah negara dengan potensi bisnis yang sangat besar. Bagaimana tidak? Angka populasi penduduk nasional saja telah mencapai 250 juta lebih. Dengan sebaran geografis mencakup 37 propinsi, Indonesia tidak hanya menawarkan pasar yang besar, namun juga sangat beragam. Tapi tahukah Anda? hasil indeks Doing Business 2014 yang diterbitkan Bank Dunia menunjukkan Indonesia saat ini hanyaberada di posisi 120.
Selain permasalahan ekonomi yang sekarang memang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, pelaku bisnis Indonesia memang masih harus belajar banyak dalam menggali potensi. Salah satunya, kreatifitas dan inovasi produk. Contoh simpel, masih begitu banyak "bisnis musiman" di negeri ini.  Ketika  kategori mobil Low MPVsempat hype dan menggenjot revenuesalah satu Agen Pemegang Merk (APM) asal Jepang, semua pihak yang merasa punya modal dan kompetensi langsung jiplak.Bukannya menganalisa peluang pasar baru. Akibatnya bukan untung, malah buntung. Sesuatu yang over-stock,pastinya beresiko tidak laku. Masih banyak contoh lainnya baik dalam skala bisnis kecil, menengah, maupun besar. Â
Banyak pihak seringkali ragu memulai ide bisnis baru, karena takut akan resiko yang tidak terprediksi. "Harus mulai dari mana?", mungkin itu pertanyaan mendasar yang sering singgah di benak para pengambil keputusan. Intuisi dan "melirik" pasar sebelah seringkali jadi pilihan pengambilan keputusan. Padahal, saat ini tantangan di pasar begitu besar, beragam, dan luar biasa dinamis. Pengambilan keputusan, penetapan strategi, hingga kegiatan operasional haruslah dilakukan berdasarkan analisa data akurat. Supaya jelas pertanggung jawabannya, jelas manfaatnya bagi performa bisnis, dan jelas juga resikonya.
Harus disadari, saat ini dunia telah memasuki era Big Data.Apa sih Big Data itu? Big Data adalah fenomena yang sudah hadir di depan mata kita. Kumpulan data yang luar biasa besar, terus bertambah dengan sangat cepat, dan sangat beragam (terstruktur & tidak terstruktur). Secara manual dan tradisional, manusia akan sangat sulit menyimpan, mengelola, dan menganalisa kumpulan data dengan sifat tersebut di atas. Banyak pakar memprediksi bahwa jumlah informasi atau data yang tersimpan di seluruh dunia pada 2020 diperkirakan meningkat 50 kali lipat dibandingan pada 2012 dengan jumlah data melampaui 2,8 ZettaByte (2,8 triliunGigaByte). Absurd?
Coba simak perjalanan seorang "Budi" selama beberapa jam di pagi hari:
Dalam perjalanan menuju kantor, ia harus membeli bensin, membayar dengan kartu kredit dan mendapat poin dari kartu memberPOM bensin terkait. Tiba di kantor, ia absen dengan ID Card.Membuka laptop, masuk ke akun google-nya, melihat e-mail billing telepon seluler, lalu melakukan pembayaran melalui akun   M-Banking.
Tanpa disadari, seorang konsumen saja bisa "menyumbangkan" begitu banyak data, ke begitu banyak perusahaan, untuk berbagai kebutuhan. Coba kali lipat dengan 10% saja jumlah penduduk Indonesia. Sanggup menghitungnya? Welcome to the world of Big Data!
Sesungguhnya Big Data telah ada sejak lama, namun masih menjadi hal yang tabu, tersembunyi, dikarenakan waktu dan proses kerja untuk mengekstraknya. Belum banyak yang menyadari potensi yang besar dari data. Mayoritas hanya melihat data sebagai bagian rutinitas bisnis, penting untuk disimpan karena bisa jadi dibutuhkan (sewaktu-waktu). Case closed.Padahal, coba analisa dari contoh seorang "Budi" di atas. "Mengikutinya" selama beberapa jam di pagi hari saja bisa memberi suguhan data yang jika dianalisa cermat, bisa menciptakan peluang bisnis baru. Produk "Dompet Ponsel", misalnya.
Sedikit menengok ke belakang, 2012 menjadi tahun dimana Big Data mulai menjadi topik hangat di kalangan media, praktisi IT, dan perusahaan. Meskipun ilmuwan data telah memulainya lebih awal. Teknologi perangkat keras penyimpanan data dan perangkat lunak  cloud- open- source terkini telah membuat keberadaan Big Datamenjadi lebih mudah dijangkau dan dimengerti.
Big Data merupakan peluang perkembangan bisnis bagi banyak perusahaan saat ini. Teknologi pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan analisa data volume besar ini mampu menangkap pola dan informasi yang sangat berharga serta tentunya sangat kaya untuk dianalisis. Hasil analisanya sangat actionable untuk berbagai kebutuhan, Â seperti; memprediksi tren pasar, identifikasi masalah, pengambilan keputusan dan masih banyak lagi. Tak ada batas, sesuai kreatifitas dan kebutuhan perusahaan dalam mengoptimalkan aset datanya. Tidak melulu data berupa angka 1,2,3,dst namun juga data hasil ekstraksi social chattingdi akun twitter sebuah produk. Dengan kata lain, more is not just more, more is better, and more is different.
Big Datajuga dapat disebut "potensi yang besar dalam data". Itulah mengapa perusahaan penyelenggara Big Dataseperti google dan Paques dengan produkPaques, sejak awal telah mengambil manfaat dari data dengan volume raksasa, serta menjadikannya ujung tombak bisnis perusahaan mereka. Dalam sebuah kesempatan,  Markerting Paques jaka bonar mengungkapkan bahwa informasi dan wawasan yang diperoleh dari analisa Big Data akan menjadi faktor penentu dalam kompetisi yang semakin ketat. "Big Data bukanlah sebuah istilah teknologi, melainkan istilah bisnis. Dengan memanfaatkan analytics tools perfoma tinggi, Big Data telah mentransformasi bisnis para pelanggan kami," tambahnya. International Data Corporation (IDC) memprediksi belanja Big Data di Asia Pasifik pada tahun 2015 akan mencapai US$1,61 miliar, meningkat 355% dibandingkan tahun lalu.Di Indonesia dilaporkan bahwa 70% perusahaan mulai menunjukkan ketertarikan untuk meningkatkan belanja sektor teknologi informasinya. Sekitar  60% responden berencana menganggarkan dana adopsi Big Data. Bahkan, studi terbaru Accenture dan General Electric mencatat 87% perusahaan responden percaya bahwa analisa Big Data akan mendefinisikan ulang kompetisi dalam tiga tahun ke depan.