Mohon tunggu...
Jaka Bara
Jaka Bara Mohon Tunggu... -

Api yang membeku di dasar lautan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Bajaj Electric & Metromini Electric untuk Jakarta

18 Maret 2013   04:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:35 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Saya adalah penduduk DKI Jakarta yang setiap hari  mengaspal di jalan Jakarta. Setiap pagi saya mengantarkan anak sekolah PAUD dan pergi bekerja, begitu pula sore harinya saya menjemput dan pulang ke rumah. diluar hari-hari tersebut saya pergi berekreasi atau kadang bekerja lembur, kadang pula pergi berkunjung ke rumah kawan atau sanak saudara. Setiap hari juga saya dan anak saya mengkonsumsi asap tebal hitam yang diproduksi oleh berbagai kendaraan yang terlewati.

Sudah hal yang absolut dan pasti tentunya kita semua tahu bahwa jalanan jakarta sangat padat oleh kendaraan bermotor dari berbagai jenis dan tahun produksinya, mulai dari yang rodanya dua hingga rodanya puluhan. Berbagai perusahaan otomotif saling berlomba mendesain dan memproduksi mobil dan motor serta menggenjot penjualan dengan berbagai cara dan promosi. ditambah lagi program kredit perbankan untuk kepemilikan mobil serta menjamurnya perusahaan pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor amat sangat menjadi katalisator dan akselerasi yang super cepat bagi pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta ini. walhasil jalanan Jakarta penuh sesak karena jumlah kilometer jalan yang dibangun jauh lebih sedikit dengan jumlah mobil motor yang berseliweran.

Ada lima konsekuensi utama dari padatnya jumlah kendaraan bermotor di Jakarta yaitu (Pertama) semakin lamanya waktu tempuh dari lokasi awal ke lokasi tujuan karena "macet" , (Kedua) pemborosan energi secara massal dan besar-besaran akibat lamanya jarak tempuh tadi, dimana dengan mobil bisa habis 1 liter untuk mencapai jarak 14KM namun karena macet maka akan meningkat beberapa kali lipat. (Ketiga) menimbulkan stress (tekanan beban psikologis) karena harus menunggu lama, membuang waktu dan membuang energi. (Keempat) Peningkatan jumlah kecelakaan karena rendah kesadaran berlalulintas dan saling ingin mendahului dengan cara-cara yang amat sangat membahayakan diri sendiri dan akhirnya setiap hari jumlah kecelakaan di Jakarta sangat tinggi, dan nyawa (keselamatan) manusia seperti tak ada harganya, rendahnya kesadaran berlalulintas juga didominasi oleh pengendara angkutan umum seperti Bajaj, Metromini dan Kopaja, (Kelima) adalah polusi udara yang semakin berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan merusak pertumbuhan anak-anak. Pertumbuhan kendaraan dan kondisi emisi kendaraan umum yang tidak ramah lingkungan menjadi penyumbang besar polusi Jakarta, sebut saja mikrolet, bajaj, metromini, kopaja, bianglala, ppd dan banyak armada umum lainnya memiliki kadar emisi tinggi yang sangat berbahaya, apalagi jika tepat berada dibelakang kendaraan tersebut, sudah pasti kita akan disuguhi asap tebal hitam yang bau dan kotor. Memang pernah ada program bajaj biru dengan bahan bakar gas, tapi tidak berjalan karena mayoritas pengendara bajaj biru merubah bahan bakarnya kembali pada premium atau bensin.

Nah dalam hal ini saya ingin menggaris bawahi dan menyoroti hal keempat kelima karena saya sangat kesal dengan cara berkendara yang ugal-ugalan ditambah polusi asap yang menggila yang dilakukan oleh pengendara bajaj dan metromini. Maka saya mengusulkan kepada para pemangku jabatan khususnya Gubernur DKI Jakarta yang baru bapak Joko Widodo yang kerap dipanggil Jokowi yang konon katanya banyak membuat terobosan di DKI Jakarta ini dan berencana menambah armada umum dan berniat memperbaiki sistem transportasi publik yang ada.

Hal yang saya ingin usulkan adalah optimasi anggaran transportasi publik dengan memperbaiki bajaj dan metromini dari segi infrastruktur dan suprastruktur. Dari segi infrastruktur saya berharap kepada Gubernur dan instansi terkait untuk mengembangkan dan merevitalisasi Bajaj dan Metromini menjadi Bajaj dan Metromini bertenaga listrik/ batere, kenapa karena hal ini akan memberikan kontribusi positif yang signifikan pada program pengendalian polusi di DKI Jakarta khususnya, udara akan lebih sehat dan tumbuh kembang anak-anak Jakarta menjadi lebih baik. Dari Faktor teknis Bajaj dan Metromini memiliki jarak dan jalur jelajah yang hampir pasti tetap, jadi bisa terukur jarak tempuh dan berapa besar energi yang dihabiskan, selain itu juga memiliki titik perhentian yang hampir pasti tetap termasuk diantaranya terminal, dimana terminal ini juga akan sangat efektif sebagai pusat control and maintenance dan pusat pengisian batere.

Segi suprastruktur yang perlu diperhatikan dan dikembangkan adalah wawasan, skill dan kesadaran dari pengemudi Bajaj dan Metromini. Pihak Dinas Perhubungan, Organda dan Unit Lalu Lintas POLRI/ POLDA bersama komunitas masyarakat transportasi bisa melakukan kegiatan rutin untuk program pelatihan dan pembelajaran mengendara dan berlalulintas yang baik, tertib dan aman, kegiatan ini harus rutin dilakukan karena jika dilakukan sekali dua kali saja maka akan mudah luntur dan tak berbekas dikepala para pengemudi, tidak hanya skill teknis tapi juga skill pelayanan ekselen (service exellence) juga patut dimasukan dalam program pembelajaran agar sikap urakan dan ugal-ugalan bisa dikurangi secara bertahap. Bajaj dan Metromini bertenaga listrik juga secara psikologis diharapkan merubah tabiat para pengemudi karena pengembangan ini juga bisa menanamkan beberapa teknologi yang dibutuhkan seperti GPS dan lainya, teknologi yang ditanamkan akan merubah tabiat karena akan mengendorse pengemudi bahwa mereka mengendarai mobil berteknologi dan sikapnya juga harus naik derajat jangan ugal-ugalan, berpakaian lebih rapi dan bisa melayani penumpang secara lebih manusiawi.

Dampak positif tambahan dari program ini adalah berkurangnya beban pemerintah untuk subsidi bahan bakar minyak/ efisiensi anggaran karena bisa dihitung berapa bahan bakar yang digunakan biasanya beralih kepada tenaga batere, selain itu Tarif angkutan umum bisa lebih mudah ditetapkan karena tidak bergantung inflasi/ kenaikan harga BBM yang fluktuatif. Tarif juga diharapkan bisa lebih efisien dan terjangkau masyarakat karena charger/pengisian listrik lebih murah daripada mengisi BBM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun