Mohon tunggu...
T**let Bekas
T**let Bekas Mohon Tunggu... -

PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fatinistic Kelelahan?

13 Februari 2014   15:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menyitir ungkapan Bang H. Rhoma Irama bahwa pesta pasti berakhir, maka begitu pula dengan gegap gempita Fatinistic; euforia kini berakhir. Seiring dengan mendinginnya suhu aura Fatin Shidqia, semakin turun juga suhu euforia para Fainistic di berbagai media sosial. Euforia memang mampu menumbuhkan bejuta-juta inspirasi makna yang terpendam, dan mengeluarkannya menjadi berjuta-juta simbol inspiratif yang menggugah orang lain untuk ikut serta. Namun ketika simbol inspiratif tersebut berhenti memancarkan aura semangat tersebut, maka pada saat yang sama lingkungan pendukungnya pun tidak bersemangat lagi menyuarakan segala semangat kreatifnya.

Saya tidak hendak mengatakan bahwa Fatinistic telah hilang atau tinggal sejarah. Justru saya meyakini Fatinistic masih ada, namun semangatnya yang saat ini sedang mendingin. Ibarat sebuah perjalanan, mereka baru saja melawati puncak bukit keberhasilan yang pertama, dan saat ini sedang turun bukit kembali untuk melanjutkan pendakian ke puncak bukit keberhasilan kedua. Namun dalam perjalanan, cuaca dan situasi lingkungan tidak mendukung, bahkan bukit keberhasilan kedua yang menggugah semangat itu tampak masih tertutup kabut tebal. Memperhatikan semua kenyataan ini, maka sebagian besar dari mereka memutuskan untuk berdiam dahulu di sebuah tempat peristirahatan yang nyaman. Menunggu situasi kembali baik untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak keberhasilan yang kedua. Kondisi cuaca adalah situasi internal Fatinistic baik secara komunal maupun individu. Sementara bukit keberhasilan kedua adalah Fatin Shidqia Lubis dalam karirnya di dunia musik sesungguhnya.

Dari analogi tersebut di atas, sebenarnya masih menyisakan sedikit kecemasan terkait dengan kelanjutan perjalanan sebagian besar mereka (baca: Fatinistic). Selayaknya orang yang sedang menunggu situasi kondusif muncul agar kembali dapat melanjutkan perjalanan, maka kemungkinan untuk tidak mampu atau terpaksa tidak melanjutkan perjalanan pasti ada. Jika cuaca dan kondisi dinilai malah memburuk dan atau puncak keberhasilan kedua tak kunjung lepas dari selimut kabut tebal, semuanya bisa memupus semangat juang orang-orang untuk melanjutkan perjalanan pendakian ke bukit keberhasilan kedua tersebut. Maka pada saat itu pilihan untuk kembali pulang dan mengubur dalam-dalam akan mimpi ke puncak bukit keberhasilan kedua dan termasuk kenangan akan bukit keberhasilan pertama adalah pilihan rasional yang harus dilakukan.

Pada masa berdiam di tempat peristirahatan yang nyaman inilah sesungguhnya Fatinistic membutuhkan figur yang mampu memompa semangat dan keyakinan agar mereka tetap optimis untuk terus melanjutkan perjalanan ke puncak keberhasilan yang kedua. Tentunya figur tersebut harus mampu berkomunikasi ke semua orang dengan berbagai kendaraannya untuk menyatukan semangat mereka (namuan bukan untuk memaksa menyatukan kendaraannya) dan untuk meyakinkan bahwa cuaca dan kondisi alam yang tidak mendukung ini hanya sementara dan akan segera kembali normal. Bahkan orang tersebut juga harus mempunyai ilmu yang cukup mengenai ilmu perkabutan, agar dia bisa merekayasa kabut untuk segera hilang dari lingkungan bukit keberhasilan kedua, dan agar semua orang kembali bersemangat dan kembali terinspirasi dengan melihatnya.

Namun apapun kenyataan yang akan terjadi di perjalanan selanjutnya, sejarah pendakian bukit keberhasilan pertama adalah sebuah legenda yang tidak mungkin begitu saja terlupakan. Sebuah legenda mengenai perjuangan dan harapan akan tetap dikenang hingga bibir tersenyum bagi siapapun yang mengenangnya.

Inilah sepenggal kisah mengenai Fatinistic saat ini...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun