Mohon tunggu...
ABDUL KADIR JAILANI
ABDUL KADIR JAILANI Mohon Tunggu... -

ABDUL KADIR JAILANI merupakan putra daerah Kepulauan Riau, yang sekarang sedang berjuah meraih visi hidupnya. Sekarang ia sedang mengenyam pendidikan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan 2015/2016

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Memancing dengan Rok Mini!

16 September 2015   10:22 Diperbarui: 18 September 2015   06:54 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita berbicara mengenai sesuatu hal, maka kita tidak akan terlepas dari yang namanya sejarah. Rok mini juga memiliki sejarah tersendiri. Serjarah rok mini di mulai dari zaman purba. Namun pada abad modern ini, peninggalan sejarah itu kembali muncul ke permukaan sehingga menjadi gaya hidup manusia modern.

“Menurut David Derbyshire dalam www.dailymail.co.uk, 12 November 2007, asal-usul rok mini kembali ke awal peradaban. Para arkeolog menemukan bukti bahwa perempuan pada Zaman Batu menggunakan rok mini –bersama dengan atasan pendek dan gelang– lebih dari 7.500 tahun yang lalu. Serangkaian patung-patung batu mengenakan busana prasejarah digali di salah satu desa tertua di Eropa –sebuah komunitas yang terletak antara sungai-sungai, gunung dan hutan di daerah yang sekarang selatan Siberia.Suku yang belum diketahui namanya itu hidup antara 5400 dan 4700 SM di situs seluas 120 hektar yang sekarang disebut Plocnik. Mereka telah mengenal perdagangan, kerajinan, seni dan metalurgi. “Patung-patung yang kami temukan adalah perempuan muda yang berpakaian indah, seperti anak perempuan mengenakan short tops dan rok mini, dengan gelang di lengan mereka,” kata arkeolog Julka Kuzmanovic-Cvetkovic seperti dikutip oleh David.”[1]

Dari pernyataan David di atas dapat disimpulkan bahwa rok mini merupakan budaya purba. Namun budaya ini kembali dikembangkan oleh Mary Quant seorang desainer inggris pada tahun 1960-an. Maksud dari pembuatan rok ini hanya bertujuan untuk mempermudahkan perempuan bekerja, namun sayangnya Mary tidak memikirkan bahwa rok mini ini menjadi bagian dari meningkatnya tindakan kejahatan bagi perempuan itu tersendiri.

Jadi, jika pemikiran Mary Quant itu memang murni untuk memudahkan pekerjaan wanita, maka ia tidaklah dapat disalahkan secara sepihak mengenai tindak kejahatan yang alami oleh perempuan. Namun pemikiran Mary untuk memudahkan pekerjaan wanita itu tidaklah benar, karena dengan adanya rok mini, yang terkesan terbuka itu malah membuat wanita menjadi tidak leluasa untuk bergerak. Terlebih lagi mencuatnya kasus pemerkosaan dalam angkot, yang juga merupakan ruangan yang tertutup.

Beberapa masa terakhir terjadi pemberitaan mengenai maraknya pemerkosaan terhadap perempuan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kasus krinminalitas tersebut mutlak menjadi kesalahan sang pemerkosa? Tentu saja kita tidak dapat menghukumi hal itu menjadi kesalahan sang pemerkosa semata, namun kita juga harus menyelidiki seperti apa penampilan korban tersebut. Apakah penampilanya terlalu mencolok ataupun sikapnya yang mengundang lelaki bhidung belang. Tindak kriminal itu mungkin tidak akan terjadi jika wanita berpakaian yang tertutup dan memiliki kesan sopan. Bagaimanapun lelaki memang memiliki hasrat biologis yang lebih mudah terpancing dibandingkan wanita. Maka dari itu, wanita yang umumnya menjadi korban seharusnya tidak memancing timbulnya hasrat pada lelaki tersebut, dengan pakaian mini ataupun ketat.

Kehadiran wanita-wanita berpakaian mini di tempat umum juga harus dipertanyakan apakah tujuan mereka berpakaian pakaian super ketat dan rok mini. Jika mereka menjawab rok mini itu lebih murah harganya, dengan bahan yang sedikit. Hal itu tidak sepenuhnya benar, karena rok mini itu sendiri menjadi trend di abat modern ini, terlepas harganya yang relatip sama dengan rok lebar lainya, bahkan bisa menjadi lebih mahal. Tergantung dari model dan kualitas yang ditawarkan. Jika harga bukan menjadi soal, maka dapat kita ketahui trend itulah yang menjadi alasan para wanita menggunakan rok mini, terlepas dari mana sejarah dan asal mula rok tersebut. Mereka menggunakan rok mini itu agar terlihat sexy, menarik, dan diperhatikan orang. Jadi apakah salah lelaki berhidung belang tertarik untuk memperhatikan si wanita? Bukankah wanita dengan rok mini tersebut yang ingin menarik perhatian!

Wanita juga harus mengetahui, apa nilai yang ditampilkan dari rok mini tersebut. Jelas saja rok mini itu bukanlah mencerminkan wanita yang sopan, meskipun saya tidak menilai kesopanan itu dari rok mini semata, tapi paling tidak dengan menggunakan rok lebar, telah memberikan kesan bahwa wanita tersebut sebagai wanita beradab. Kesan pertama akan mengubah cara pandang orang lain terhadap diri kita sendiri.

Gaya berpakaian pada zaman sekarang ini, mutlak menjadi hak pemakainya terlepas dari nilai norma dan agama, manusia sendirilah yang akan menampilkan dengan cara apa dia ingin dilihat. Apakah ia ingin dikenal menjadi manusia yang sopan, kumuh, nakal, preman dan sebagainya. Seharusnya seorang wanita juga memang memperhatikan model pakaiannya, terlebih lagi di tempat umum. Jika ia tetap menggunakan pakaian mini tersebut, dan berhasil mencuri perhatian sopir angkot ataupun penumpang lainya yang kebetulan merupakan lelaki berhidung belang. Karena itu berpakaian sopan adalah untuk kebaikan wanita itu sendiri.

 [1] http://historia.id/retro/kronik-rok-mini

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun