Mohon tunggu...
Lusia Imelda Jahaubun
Lusia Imelda Jahaubun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Karena beberapa perasaan sulit untuk diungkapkan, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara dari Dalam

17 Maret 2019   21:11 Diperbarui: 17 Maret 2019   21:52 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah! Saya putus asa. Saya  sudah mencoba satu demi satu keyakinan untuk menenangkan suara itu, saya berpindah-pindah keyakinan, bahkan saya sempat menjadi atheis, tapi sama saja. I got nothing in the end. Suara  itu tetap berkumandang. Saya harus bagaimana lagi? Bener-bener stress! 

Singkat cerita, saya berkesimpulan kalau kalau Islam itu bukan agama tapi panggilan dari dalam. Diikuti saja. Karena setelah saya mengikutinya, suara itu merubah saya secara perlahan-lahan. Berat memang diawal tapi lama-kelamaan, perilaku Islam itu menjadi habit saya. 

"Ehh terus mama papa gimana tanggapannya diawal-awal kamu pindah?" Rekan saya  melanjutkan pertanyaannya yang terdengar sedikit penasaran.

"Ya,... ditolaklah. Tau sendiri orang tua radikatnya tingat tinggi. Mereka butuh waktu untuk mencerna. Tapi lama-lama lunak juga sich." 

Beberapa teman dekat masih belum bisa  menerima, gw sempat dibully, tapi bodoh amat dah. Intinya adalah, I feel better; jauh lebih baik sekarang. Orang mau bilang apa juga, ya monggo.."

Dilain sisi saya juga kaget mendengarnya berujar bahwa pasangannya adalah seorang Muslim, namaun 1 pertanyaannya adalah, "Tapi masku koq gak gitu-gitu amat ya,.?"

Saya menjawab, "karena dia belum menemukan Islam, Masmu ber-Islam hanya karena Islam diturunkan dari orang tuanya bukan dar proses mencari.

Akhir dari smeuanya kita hanya bisa memgang teguh pada apa yang kita percayai, bukan pada apa yang orang lain inginkan kita kerjakan.

Salam,..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun