Rencana perjalana ke tempat extrem memang sudah kami rencanakan seminggu sebelumnya. Tujuan awal hari itu hanyalah ingin mengunjungi gua Jepang dan parang endog. Tapi karna kami bertolak pagi-pagi bener (setelah sholat subuh) jadi waktu yang tersisa untuk mengunjungi tempat lain masih memungkinkan.Â
Perhentian pertama setelah dari gua Jepang dan Parang Endog adalah base camp parang layang di Parang Tritis. Menurut rekan traveling saya, disekitar tempat itu terdapat gua yang biasa dipakai untuk semedi. Awal mendengarnya, saya biasa saja sich, tidak terpikir juga untuk nantinya ke situ. Tapi setelah googling foto-foto gua tempat semedi itu, teman saya jadi tertarik untuk kesana.Â
Setelah menyelesaikan makan siangnya, kita lantas menggali informasi dari warga sekitar tentang gua yang dimaksud. Setelah menyebut nama guanya, ada seorang warga yang menanyakan kami apakah benar mau ke tempat itu? Kami menjawan dengan pasti, "Ya, kami mau ke sana". Mendengar kebulatan tekad kami yang sudah membatu, akhirnya kami mendapat arahan jalur yang harus kami ambil untuk bisa sampai ke sana. Sepanjang perjalanan menuju gua langse, saya tidak habis pikir kenapa Bapak itu bertanya sampai 2x tentang kepastian kita mau kesana.
Lokasi gua sangat terpencil. Sebelum sampai di gua, kita disambut oleh 1 keluarga yang berdomisili di jalan masuk menuju gua yang juga adalah juru kunci.
Setelah menunggu beberapa saat untuk juru kuncinya datang, perjalanan pun kami mulai. Sebelumnya, kita diingatkan untuk sebaiknya membawa 1 botol aqua karna perjalannya berat tapi kita menolak karna kita sudah minum setibanya di tempat juru kunci.Â
Perjalanan menuju ke gua langse merupakan perjalanan terberat yang perbah saya tempuh. Saya dan rekan saya sama sekali tidak mengenakan sepatu gunung atau yang sejenisnya. Saya hanya berbekal sendal hotel yang saya pungut di pantai Parang Endog karena sendal saya terbawa arus dan rekan saya hanya berbekal sepatu kets biasa.Â
Setelah berjalan sekitar 5 menit, kami diingatkan untuk berpegangan sebelum melangkah menurunin badan gunung. Saya tidak pernah berpikir untuk akan melakukan perjalan turun gunung se-extrim itu hanya dengan sendal hotel dan tanpa tali pengaman.
Sesampainya didalam gua banyak memang terdapat dupa yang dibakar serta ada beberapa patung yang disekelilingnya di taruh dupa juga.