Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ningsih, My Best Sister who Inspiring All Women to Be Success

11 Oktober 2020   08:40 Diperbarui: 11 Oktober 2020   08:45 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ningsih, Pintar tapi rendah hati...humble.

Ningsih juga pintar saat di sekolah, dari sejak  Sekolah Dasar hingga SMA selalu dapat juara kelas.
Aku pernah satu alumni sekolah SMA Santa Maria Surabaya.
Ketika itu guru mata pelajaran Sejarah yaitu Ibu Tartik yang kebetulan rumahnya persis disebelah rumahku, bercerita didepan kelas saat mengajar :
Kakaknya Roy yang bernama Ningsih itu Pintar banget...waktu penjurusan masuk IPA sempat satu semester, tetapi dia rendah hati dan pilih Budaya karena ingin kuliah jadi Sejarahwan Arkeolog.
Saya bangga sama dia dan senang ikuti jejak saya jadi Sejarahwan.
Enggak kayak adiknya tuh si Roy...Bodoh karena kebanyakan main melulu...
Rumahnya tiap hari hampir puluhan teman-temannya datang main jadi tempat nongkrong sampai larut malam.
Gak pernah belajar...makanya Bodoh...
Kemudian disambut Tertawa oleh semua murid di kelas....Ha...Ha...Ha...
Kemudian kata Ibu Tartik lagi : Tapi suami saya yang RT itu malah senang dan pernah ngomong ke Roy : Om...Tikno senang kalau ada Roy dan teman-temannya pada ngumpul...
Karena lingkungannya  jadi Ramai dan Aman...
Kata Bu Tartik lagi : Tuh si Roy sudah bodoh...eh malah dapat pujian...aneh ya...
Kemudian disambut Tertawa lagi oleh semua murid dikelas ku...Ha...Ha...Ha...

Ningsih, Kakak yang Hatinya Paling Baik versi Papi Tjipto.

Pada suatu hari aku dipanggil Papi :
Roy sini...Kakakmu yang hatinya paling baik itu Ningsih...
Nih...baca surat dari nya...
Isi surat itu...Papi tidak usah kuatir masalah kuliah Roy...
Biar Ningsih yang jamin dan didik Roy agar bisa berhasil hidupnya nanti...
Kata papi aku lagi :
Jadi kamu Roy harus "diasingkan" kuliah ke Yogyakarta dan tinggal sama Ningsih.
Karena kamu sudah terlalu banyak teman di Surabaya jumlah nya sampai ratusan dan kerjaannya ngumpul-ngumpul terus sampai pagi...
Mana bisa kamu belajar serius...pasti terganggu...
Jadi kamu pindah ke Yogyakarta untuk kuliah dan belajar hidup disana dengan Ningsih.

Ya, benar semua keperluan kuliah sudah disiapkan oleh Suami Ningsih yang menurut  penilaianku sebagai kakak ipar yang terbaik.
Mulai form pendaftaran, info jadwal test hingga info lokasi test.
Dan dibuatkan kamar pribadi lengkap dengan tempat tidur dan meja belajar.

Ningsih Wonder woman pejuang tangguh, tekun, tabah, tegar, tidak pernah meratap dan tidak cengeng.

Kemudian aku pindah ke Yogyakarta kuliah di sana dan tinggal serumah dengan Ningsih.
Tinggal didesa didaerah Sinduadi Sleman.
Hidup dengan suasana didesa yang sepi sunyi sangat berbeda sekali  180 derajat dengan hidup di tengah kota Surabaya yang hingar bingar...

Saat itu Ningsih sudah lulus S1 Arkeologi dan  hidupnya  sangat sederhana sebagai Pegawai Negeri dan Suaminya juga Arkeologi pegawai negeri.
Namun Ningsih kuat tangguh menjalaninya.
Apalagi disaat suaminya pindah tugas ke Bandung.
Bersamaan saat itu sedang hamil anak ke 2 di Sam.
Betapa susah payah hidupnya...
Dia harus bangun subuh untuk mandikan Dani dan siapkan sarapan Dani anak pertama nya ke sekolah SD yang kadang aku bantu antarkan ke Sekolah naik peed atau sepeda...
Kadang juga Dani diantar Ningsih naik motor dengan perut buncit sedang hamil Sam sekalian berangkat ke kantor.
Kantor Ningsih jauh di luar kota di daerah  Prambanan jaraknya hampir 20 km dari rumah.
Tentunya sangat berbahaya bagi seorang wanita hamil naik motor dijalanan luar kota yang penuh sarat dengan kendaraan besar seperti Truk dan Bis.
Dan itu dilakukan setiap hari dilaju langsung berangkat pagi dan pulang sore hari.
Sesampainya dirumah sore hari harus bereskan rumah, mandikan Dani dan siapkan makan juga temani belajar.

Keseharian kegiatan Ningsih saat itu ibarat Wonder woman.
Pejuang yang gigih dan ulet juga tagguh tegar tanpa mengeluh, meratap dan tidak cengeng.

Apalagi saat lahiran si Sam, pagi-pagi jam 6 aku dibangunkan...
Roy bangun antar aku ke Rumah Sakit, sudah mau melahirkan nih... ketubanya sudah pecah.
Ningsih yang setir motor nya, karena aku harus bawa tas koper keperluan rawat inap ke Rumah Sakit Panti Rapih yang jaraknya hampir 3 km dari rumah.
Ningsih nyetir sambil nyengir-nyengir nahan sakit perutnya.
Tapi sampai juga di Rumah Sakit dengan selamat di pagi-pagi itu hingga sore baru melahirkan si Sam.
Atau menahan sakit dan sesekali berteriak mengerang-ngerang kesakitan selama 10 jam lamanya...baru jabang bayi bisa keluar dilahirkan.
Wuh... kalau ingat-ingat lagi saat itu, benar-benar Ningsih ibarat Wonder woman asli...

Ningsih, bijaksana, berpikir positif dan selalu ingin berkembang maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun