Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keluarga Pelangi "The Veldhuyzen Family"

21 Juli 2020   09:25 Diperbarui: 21 Juli 2020   09:39 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bersakit-sakit Dahulu, dan Bersenang-senang Kemudian. Baca Pengantarnya Dahulu dan Baca Kisahnya Kemudian.

" Keluarga Pelangi Alangkah Indahnya
Belanda, Jawa, Cina
Jepang, India dan lainnya
Perupa Mu Agung, Siapa Gerangan ?
Keluarga Pelangi, Ciptaan Tuhan..."

Ingat lagu anak-anak Pelangi-pelangi ?
Lagu tersebut menginspirasi aku mengubah liriknya disesuaikan dengan kondisi keadaan keluarga ku yang beragam, bercampur aduk, Multi Ras, Multi Etnis, Multi Agama dan Multi Golongan.
Dan hingga saat ini kami tetap bersatu karena Toleransi yang Tinggi dan Saling Menghormati.
Serta yang terpenting adalah rasa ikatan dalam satu keluarga yaitu " Keluarga Pelangi "

Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi dari  zaman Nederlandsch-Indie atau Hindia Belanda yang sekarang disebut Indonesia dan sudah berlangsung 100 tahun lamanya hingga kini, yaitu kisah tentang "Veldhuyzen Family".

Pasangan Leonardus Veldhuyzen dan Charlotte Bernecker yang dikaruniai 3 anak yaitu : Agnes Evertine, Sheny dan Johny kemudian mereka bertiga terpisahkan hidupnya, Agnes di Indonesia sedangkan Sheny dan Johny di Belanda.

Kisah cerita terus berlanjut tentang anggota keluarga dan turun temurunnya yang diceritakan tersendiri seperti :

1. Agnes Evertine Veldhuyzen (baca cerita : Hujan emas dinegeri orang hujan batu dinegeri sendiri, Hujan Derita di Negeri Sendiri)

2. Violet Zuly Setianingrum (baca cerita: Nasi telah menjadi bubur, Kisah Kasih Cinta Sehidup Semati Hingga ke Kubur)

3. Paul Karel Setiono (baca cerita : Kehidupan seperti roda, Hidup Mati Diatas Roda)

4. Ronald Setiabudi (baca cerita : Air beriak tanda tak dalam, Air Empang  Beriak Tanda Kecebur)

5. Maria Setiawati (baca cerita : Surga di telapak kaki Ibu, Kedamaian dan Ketenangan di Telapak Tangan Ibu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun