Mohon tunggu...
Muhammad Rizal Rahman
Muhammad Rizal Rahman Mohon Tunggu... -

Saya seorang pelajar. http://semestakata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bercermin Pada Ustad

22 Februari 2014   03:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pekan lalu hangatlah suatu pemberitaan,yang nge-Trend pada pekan tersebut yang bertemakan "Ustad Preman",ramai di gunjingkan dan ramai menjadi sorotan fokus perdebatan. Apakah benar yang terjadi itu? Apakah itu rekayasa dari suatu oknum?. Dari informasi yang di dapatkan dan setelah di klarifikasi kepada pihak yang terkait (melalui informasi yang absah di berbagai media),benarlah apa yang terjadi ini. Ramai menjadi perdebatan,ramai menjadi sorot pergunjingan. Menjadi suatu kebebasan mengungkapkan pandangan mengenai permasalahan "Ustad Preman" oleh publik dengan menyudutkan suatu public figure. Menurut hemat yang saya pahami,kurang tepatlah kita menggunjingkan seseorang dengan metode menyudutkan suatu individu ataupun bagian kelompok,walaupun seseorang itu bersalah dan mengakui kesalahannya itu.

Publik serasa di bawa ke dalam ranah emosional,dalam memberikan penilaian. Penilaian yang bersifat subjektif pun muncul. Ustad ialah seorang public figure yang sangat mulia,lalu?. Pada saat ia melakukan kekeliruan,apakah kemulian itu musnah? Hakikatnya setiap manusia memiliki kemulian ialah dengan memilikinya (Akal,nafsu dan naluri) dengan adanya fungsi itu manusia dikatakan mulia karena memiliki potensi untuk mencapai kebaikan ataupun keburukan. Ustad termasuk bagian dari manusia dan ustad memiliki potensi sama dengan manusia lainnya pernah,terkadang dan bahkan sering berbuat kekeliruan.

Muncullah wacana "Bukankah apa yang dilakukan Ustad itu sebuah penodaan agama?" . Bukankah banyak pula mayoritas yang beragama di setiap berita tetapi menyalahi aturan agama. Kita boleh berguru kepada Ustad ataupun pemimpin agama manaupun. Tapi jadikanlah ia hanya sebagai media kita medapatkan ilmu. Masalah integritas dengan ucapannya biarlah hanya yang berangkutan dan Tuhannya saja yang mengetahui,jadikanlah itu sebagai media ilmu bagi publik. Mari kita jadikan itu sebagai pengingat kita bahwa wacana berita ini sebagai pengajaran bahwa " Kita boleh belajar kepada siapapun tetapi jadikanlah panutan kita itu kepada Rasulullah dan Allah sebagai tujuan kita. Karena Rasulullah adalah sebaik baiknya panutan" dan begitu pun bagi umat beragama yang lain jadikanlah pemimpin agama sebagai media dan tujuan kita hanya kepada Tuhan kita semata-mata. Jangan biarkan waktu anda  terbuang dengan perbincangan ini,apalagi menghakimi yang bersangkutan,karena hakim hanya satu,ialah Tuhan. Sibukkan kegiatan kita dengan kualitas terbaik,apalagi saat ini Bangsa yang tangguh ini sedang di beri ujian dengan bencana alam. Alangkah baiknya kita gunakan waktu kita untuk membantu saudara-saudara kita itu dengan sesuatu yang bermanfaat. Marillah kita hakimmi diri kita sendiri agar menjadi pribadi yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun