Mohon tunggu...
Mbah Paito
Mbah Paito Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jangan ada guling diantara kita.,.,.,.,.,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moge dan Lain-lainnya

17 Agustus 2015   06:22 Diperbarui: 17 Agustus 2015   07:43 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Indonesia ini ada semacam ritual topik tahunan yang dilakukan terus menerus sepanjang tahun. Misalnya topik tentang mengucapkan selamat natal, merayakan tahun baru, hari kartini dll. Saya kira menjelang hari kemerdekaan akan diisi dengan topik seputar hari kemerdekaan apakah itu tentang upacara bendera, lomba-lomba maupun tentang makna kemerdekaan yang biasanya diawali dengan kata “merdeka itu bla…bla..bla”. Misalnya merdeka itu bebas ngomong sesuka hati, merdeka itu bebas dari penindasan, merdeka itu bebas dari diskriminasi sampai merdeka itu bebas dari kenangan tentang mantan.

Tak disangka tak diduga ada topik yang lebih menarik yang muncul secara mak bedunduk yaitu topik seputar moge alias montok dan gede, eh motor gede. Kejadian yang berlangsung di Jogjakarta ini menarik perhatian netizen dan menyebar dengan cepat. Sebagian besar mendukung tindakan warga jogja yang mencegat konvoi moge di lampu merah. Sebagian merasa bahwa kelakuan para pemoge ini emang nyebelin dari dulu. Kalau saya sih yes, nggak tahu kalau Mas Anang. Moge (lebih spesifik HD) emang nyebelin terutama berisiknya yang bikin nggak nyaman. Beda dengan moge yang tipe motor sport, meski knalpotnya juga gede-gede namun alus, (kalau kata orang jawa ulem). Di sini saya juga heran dimana di berbagai media saya sering baca polisi merazia motor dengan knalpot bronk sampai ada yang pengendaranya disuruh jongkok di belakang knalpot trus motornya dibleyer-bleyer. Tapi kok moge yang satu ini lolos, padahal gak kalah bisingnya. Mungkin karena.,.,., asudahlah.

Kembali ke soal konvoi, ada yang mengatakan kalau kasus moge di jogja kemarin adalah masalah kecemburuan sosial, mungkin ada benarnya. Sebenarnya nggak cuma moge yang suka arogan di jalanan. Konvoi-konvoi motor kebanyakan dan juga lebih sama arogannya. Bahkan geng – geng motor yang sempat bikin geger juga isinya kebanyakan motor bebek. Yang membedakan kalau moge terlihat mencolok dan eksklusif apalagi kalau dikawal sama polisi.

Sudah jadi watak orang Indonesia kalau melakukan sesuatu bersama-sama keberaniannya muncul. Anak sekolah culun-culun tapi kalau bareng temannya tawuran tiba-tiba jadi garang. Suporter bola kalau sendirian terlihat culun, tapi kalau bareng-bareng juga jadi berani. Begitu juga dengan komunitas motor, kalau sendirian terlihat biasa. Tapi kalau sedang konvoi dengan komunitasnya jadi sama arogannya *kalau boleh dibilang begitu*. Saya sering berpapasan dengan konvoi berbagai grup motor. Biasanya motor paling depan membawa pentungan yang ada lampunya untuk “mengusir” pengendara lain buat minggir, belum lagi klakson yang dimodifikasi yang tadinya bunyi “tit” menjadi “tot” dan juga “uwiw uwiw”. Kalau nggak mau minggir resikonya juga sama, bisa digebuk, ditendang, atau di maki-maki.

Terakhir, di hari kemerdekaan Indonesia ini, saya cuma berdoa semoga nggak ada motor HD versi matic sehingga nggak ada ibu-ibu ke pasar naik HD matic yang bising dengan lampu sen ke kanan tapi beloknya ke kiri. Dan jangan sampai ibu-ibu itu bikin grup konvoi. Moge-moge doa ini diaminkan oleh 270 juta warga Indonesia dan disiarkan 7 TV swasta 40 hari 40 malam. Yang sedang online mohon ketik "Amin" & Share.

 

oooOO-MERDEKA-OOooo

Sekali Merdeka Tambah Merdeka

Senin Pon, 17 Agustus 2015

@siitokk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun