Mengapa puisi telah mati di hati ini?
Ia telah pergi membawa diksi tak pernah kembali
Hingga ruang hatiku menjadi kering sendiri
Kupastikan perlahan akan ikut mati!
Mengapa puisi mati di bibir ini?
Padahal kusemai selalu dari hari ke hari
Menjaga agar membasah seperti embun memyelimuti pagi
Kupastikan hidup lagi, walau musim belum jua berganti!
Oh!
Nestapa di tanah gersang melawat mimpi
Sendiri aku menghitungi kelopak hasrat yang berserakan jatuh mati!
Jagat Alit
( Mbuh, iki nulis opo?)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H