Aku bersimpuh dengan setumpuk keresahan yang membuatku giris
Rasa gigil yang menyisip membekukan relung-relung yang selalu bergelimang noktah baur nista dan kerontang iman
Air mata sudah pupus sudah
Sedu sedan hanya memantul dalam rongga yang bergetar dengan bara resah yang tak pernah padam...
Sunyi meskipun cuma tinggal percikan yang menjadi pertanda ini hati meski luruh hancur sudah tertakik nama-Mu!
Simpuhku begitu membumi lara
Menjerit dan meronta antara hasrat dan kepatuhan
Menyesak dan mencekik antara nafsu dan keingkaran
Simpuhku tak kunjung pupus
Sebelum secercah embun mewakili ridla-Mu mengucur membasahi ladang-ladang kemusykilan yang semula kering kerontang abai dengan titah dan nikmat-Mu.
Aku terus bersimpuh dengan mengangkasakan pinta luka, doa lara, rindu dendam, mengharap seribu cinta milik-Mu...
Menemani menjaga api kerinduan
Di sepanjang sepertiga malam hingga sepertiga malam di akhir yang menyisiri pagi penuh sejuk dan damai senada getar-getir kepasrahan diri yang maujud dan kepasrahan hening melawan ketidakperdayaan letih!
Ya, Rabb...
uluran tangan-Mu berjuta harapku!