waktu kecil saya dan kakak saya yang nomor 4 suka masak - masakan, tapi menggunakan bahan- bahan asli, bukan mainan. misalnya masak nasi ya menggunakan beras, air dan piranti alat masak beneran, bukan berasnya dari pasir dan alat dapurnya dari plastik.
pada suatu hari kami berencana masak nasi kebuli, nasi yang memasaknya menggunakan santan, dengan persiapan mental dalam hal ini semangat mewujudkan nasi kebuli tersebut sangat menggelora. penyusunan rencanapun telah kami diskusikan, mulai dari jam berapa bangun tidurnya, belanja ke pasarnya menggunakan apa, berapa lama waktu belanjanya dan berapa budget yang harus kami persiapan.
selepas subuh kami berangkat ke pasar, berjalan kaki tidak menggunakan sepeda karena sepeda dipakai kakak ke ketiga berangkat berlatih bola, dipasar kami membeli sebutir kelapa dan garam saja, tidak ada yang lain, itu karena uang yang kami bawa hanya cukup untuk membeli itu saja.
sesampai dirumah, kami bagi tugas, saya yang menanak nasi dan kakak saya yang memecah kelapa, maklum kelapa yang kami beli, masih berupa kelapa utuh, masih bersabut dan berbatok. dan itu butuh keahlian dan tenaga sodara-sodara untuk mendapatkan daging kelapanya.
proses menanak nasi saya lalui, namun memecah kelapa belum juga usai, sembari menunggu nasi matang, saya mencoba membantu kakak yang sedang memcah kelapa, dan memang benar, sangat sulit memecah kelapa, sabut - sabutnya harus kami cabut berdua, belum lagi batok kelapa yang begitu keras, ah susahnya memecah kelapa.
disela memecah kelapa, kami mencium bau yang tak sedap, seperti bau kampas motor yang telah dipakai, kami berduapun bercakap, bau apakah ini?? alahmaak nasiku akan hangus, kamipun bergegas menuju tanakan nasi, begitu kami angkat dandang dan kami lihat isinya...weeeh nasi sudah ada intipnya, nasi yang gosong dan keras.
sumpah serapah saya terima dari kakak saya, sayapun berkelit bahwa ini juga kesalahan kakak saya, dalam perdebatan itu muncul beberapa opsi, pertama nasi dibuang, kedua memecah kelapa tidak dilanjutkan dan dikasihkan emak, ketiga nasi dan kelapa dicampur dan tidak dimasak lagi.
akhirnya kami sepakat opsi ketiga, saya meng handle nasi yang sudah gosong dan kakak saya melanjutkan memecah kelapanya, setelah kelapa berhasil di pecah, maka kami berkolaborasi memarut kelapa tersebut.parutan kelapa tersebut kami beri garam dan kami campur kenasi dengan cara diulet.
dengan sedikit dongkol karena tak sesuai rencana namun kami nikmati saja hasil masakan kami, ketika kami sedang menikmati hasil masakan kami, datanglah kakak pertama saya, dan langsung ikut menikmati nasi kami, kakak sayapun bertanya, siapa yang bikin nasi krawu ini?? kami menjawab "kami" dan saya dan kakak saya juga baru tahu kalau masakan kami itu bernama nasi krawu. nasi yang sebenarnya sudah ada sejak nenek moyang kami, namun kami tidak tahu resep nasi krawu tersebut. ah lucunya masa - masa itu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H