Keberadaan Koalisi Perubahan masih tidak jelas. Sama tidak jelasnya dengan Anies Rasyid Baswedan. Tekanan yang diberikan NasDem pada Demokrat dan PKS bisa membuat rencana pembentukan poros ini bubar, atau sebaliknya, mempercepat proses keberadaannya.
NasDem tengah memainkan jurus terbarunya dengan mendekati Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Koalisi yang beranggotakan Gerindra dan PKB ini menyambut baik kedatangan elit NasDem ke sekretariat bersama mereka, yang tentu saja menimbulkan berbagai dugaan.
NasDem menjajaki kebersamaan dengan Gerindra dan PKB? Dugaan ini yang paling mengemuka. Politik tengah mempertontonkan salah satu sinismenya yang menumbuhkan banyak pertanyaan. Kolaborasi atau elaborasi yang sudah, sedang dan akan dijalin partai-partai tentunya berhubungan dengan sikap masing-masing menghadapi Pilpres 2024.
Dalam konteks ini rasanya tidak mungkin NasDem akan bergabung dalam poros KIR. Sejauh ini KIR memang belum memutuskan bakal calon presiden (bacapres) yang akan diusung, walau Gerindra sudah memastikan untuk mengajukan Ketua Umumnya Prabowo Subianto. Itu jelas bertentangan dengan NasDem yang sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bacapresnya.
Dalam hitung-hitungan politik, kedatangan elit NasDem ke sekber KIR bisa dipandang sebagai tanda simpati atau lebih jauh lagi, penjajakan ke arah kerja sama yang lebih mendalam. Jangan abaikan perilaku politik orang-orang partai yang cenderung selalu mencari kesempatan dalam kesempitan.
NasDem pastinya melihat bahwa koalisi Gerindra dan PKB belum sepenuhnya "move on". Belum padu benar. NasDem, seperti pandangan elit partai lainnya, juga melihat belum direalisasikannya pasangan capres dan cawapres dari KIR sebagai contoh bahwa koalisi tersebut masih belum solid.
Gerindra sudah memutuskan Prabowo Subianto sebagai capres mereka, dan seyogyanya itu juga menjadi sikap KIR. Akan tetapi, PKB masih belum menyepakatinya. PKB menginginkan Gerindra juga bijak menerima Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Prabowo Subianto.
Dinamika yang mewarnai perjalanan KIR bukannya tidak diperhatikan oleh partai-partai lainnya. Apalagi, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar berulangkali mengisyaratkan bahwa koalisi yang sudah terbentuk tidak menjadi jaminan akan langgeng. Baik menuju proses pendaftaran capres pada Oktober-November 2023, atau bahkan jauh sesudahnya.
Apa yang disampaikan Cak Imin tidak terlepas dari kegundahan yang terus mendera hatinya. Pasalnya, sudah menjadi komitmen PKB juga untuk mengajukan Cak Imin sebagai bacapres mereka. Namun, dalam kaitan KIR, PKB mengalah dengan bersedia menempatkan Cak Imin menjadi pendamping Prabowo Subianto.
NasDem tentunya masih mencoba mencari celah untuk merayu PKB masuk dalam koalisi yang tengah dibangunnya bersama Demokrat dan PKS. NasDem masih tidak sreg dengan Agus Harimurti Yudhoyono atau Achmad Heryawan yang terus dimajukan Demokrat dan PKS sebagai pendamping Anies di Pilpres 2024. Untuk itu NasDem mencari opsi membentuk koalisi lain.