SEBENARNYA ini bukan hal baru lalu. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) segera akan mendeklarasikan capres dan cawapresnya setelah ada tambahan partai baru. Itu bisa berarti waktunya masih relatif panjang, mengingat masa pendaftaran capres-cawapres baru dilakukan Oktober hingga media November 2023 mendatang. Kendati demikian, bisa  jadi Januari atau Februari 2023 KIB sudah membuat kejutan.
Bagaimanapun banyak keuntungan jika deklarasi capres-cawapres bisa dilakukan lebih cepat. KIB yang sementara terdiri atas Golkar, PPP dan PAN punya lebih banyak waktu untuk menggerakan mesin-mesin politiknya.
Mengokohkan basis pemilih loyal, memitigasi serangan, dan memengaruhi swing voters secara lebih cepat dan efektif. Swing-voters, atau massa mengambang, menjadi tantangan tersendiri untuk ditaklukkan. KIB, atau masing-masing partai, sejak awal mentargetkan untuk menarik lebih banyak suara dari ceruk pemilih milenial, misalnya.
Akan tetapi, tentu KIB punya pertimbangan matang sehingga tidak buru-buru juga melakukan deklarasi capres-cawapres. Walau sudah memenuhi ketentuan presidential thresold (PT) untuk dapat mengusung capres-cawapres, KIB masih menunggu waktu atau momentum yang tepat. Penambahan partai baru sudah ditargetkan sejak beberapa bulan terakhir.
Penambahan partai baru diperlukan dalam upaya peningkatan perolehan suara demi mendukung kemenangan di Pilpres 2024. KIB memperhitungkan semua aspek secara cermat, tak terkecuali dinamika yang berkembang di antara partai pengusung koalisi dan partai-partai lain yang ditarik masuk koalisi.
Sejauh ini, dinamika yang terjadi di internal tiga partai pengusung KIB relatif baik-baik saja. Golkar solid dan terus meneguhkan sikapnya untuk mengajukan Airlangga Hartarto, ketua umumnya, sebagai presiden. Itu sejalan dengan keputusan Munas dan Rapimnas Golkar. Tidak ada gejolak di partai beringin.
Potensi gejolak masih mungkin terjadi di PPP dan PAN. Mohammad Mardiono, ketum PPP, dan Zulkifli Hasan, ketum PAN, cenderung menyetujui pengusungan Airlangga Hartarto. Kendati demikian, keputusan finalnya masih tergantung pada hasil musyawarah tertinggi dari masing-masing partai mengingat kecenderungan masih adanya potensi penolakan dari kader mereka.
Walau demikian, yang sebenarnya lebih menjadi persoalan adalah kengototan dari akar rumput PPP dan PAN terkait figur yang akan diusung sebagai cawapres. Mayoritas kader PPP disebut-sebut menunjukkan ketertarikannya kepada Sandiaga Salahuddin Uno. Di sisi lain, akar rumput PAN condong memilih Erick Thohir.
Selama ini memang ada kedekatan khusus antara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dengan PPP. Sandi kerap diudang sebagai narasumber pada berbagai kegiatan PPP, termasuk bimbingan teknik (bimtek) yang lazimnya dilakukan unsur internal partai.
Demikian juga dengan Erick Thohir, di mana Menteri BUMN ini sering dilibatkan pada berbagai kegiatan internal PAN. Zulhas bahkan menyebut Erick Thohir sudah seperti "orang PAN", dan mengisyaratkan jika nama Erick Thohir akan di bawa ke KIB untuk dimusyawarahkan. Perlakuan sama akan dilakukan PPP untuk Sandiaga Uno.