Mohon tunggu...
Jufri S73
Jufri S73 Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mencari informasi bermanfaat, membaca , dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Oligarki VS Rakyat

26 Februari 2024   16:44 Diperbarui: 26 Februari 2024   16:50 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pertarungan Antara Kekuasaan Oligarki dan Keinginan Rakyat: Kehancuran Demokrasi dan Etika Bernegara di Indonesia"

Jakarta, 26/02/24. Kerusuhan bukanlah hal baru dalam sejarah politik Indonesia. Namun, apa yang terjadi ketika kerusuhan tersebut direkayasa untuk mempertahankan kekuasaan, sementara nilai demokrasi dikorbankan dalam prosesnya? Inilah gambaran pahit yang dialami oleh masyarakat Indonesia ketika oligarki mengendalikan kekuasaan seorang presiden, dan rakyat menjadi saksi pertarungan untuk menjaga integritas demokrasi yang adil dan makmur.

Ketika rezim sebuah negara terjerat dalam ambisi mempertahankan kekuasaan tanpa memedulikan nilai-nilai demokrasi, maka mulailah runtuhnya fondasi negara yang seharusnya menjadi wadah keadilan dan kebahagiaan bagi rakyatnya. Etika bernegara yang seharusnya menjaga keselarasan antara pemimpin dan rakyatnya terkoyak oleh ambisi kekuasaan. Kemerusakan demokrasi dan terkikisnya etika bernegara yang adil dan makmur menjadi akibat nyata dari permainan kekuasaan yang kotor dan tidak bermoral.

Dalam suasana kerusuhan yang direkayasa, masyarakat Indonesia menjadi saksi betapa demokrasi, yang seharusnya menjadi panglima dalam menjunjung tinggi keadilan, diinjak-injak demi mempertahankan kekuasaan segelintir oligarki. Protes dan perlawanan dari rakyat yang ingin melindungi nilai-nilai demokrasi terabaikan dan disembunyikan oleh propaganda dan intimidasi. 

Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa rezim yang tidak bermoral memanfaatkan kerusuhan yang direkayasa sebagai alat untuk menekan suara-suara oposisi dan menjaga kekuasaannya dengan mengorbankan nilai demokrasi.

Dalam konteks ini, tragedi terbesar bukan hanya terjadi pada fondasi demokrasi, tetapi juga pada etika bernegara yang semestinya menjadi pijakan utama dalam menjalankan pemerintahan yang berdaulat. Sebuah rezim yang merusak demokrasi dan etika bernegara sejatinya telah melukai rakyatnya sendiri. Rakyat menjadi korban kekuasaan yang tidak bermoral, dilanggar hak-haknya, dan terpaksa menyaksikan kehancuran nilai-nilai keadilan di dalam negeri.

Salah satu dampak nyata dari kerusuhan yang direkayasa adalah pembakaran yang merajalela di berbagai penjuru negeri. Massa yang dikendalikan oleh kepentingan tertentu menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik mereka, tanpa mempedulikan kerugian yang ditimbulkan. Pembakaran di mana-mana tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga merenggut nyawa manusia. Rakyat yang seharusnya hidup harmonis dalam keragaman menjadi terbelah oleh kepentingan politik yang keji.

Dalam kekacauan ini, warga keturunan Cina menjadi sasaran amukan massa. Mereka yang seharusnya merasa aman dan diterima dalam keberagaman masyarakat Indonesia, harus menyaksikan kekerasan yang tidak adil dan kehilangan nyawa karena kebencian yang direkayasa untuk kepentingan politik. Mereka, bersama dengan ratusan ribu orang lainnya, terpaksa mengungsi dan kehilangan tanah air yang seharusnya menjadi tempat mereka merayakan kebersamaan.

Indonesia, sebuah negara yang kaya akan keberagaman budaya, harus menyaksikan kehancuran yang disebabkan oleh ambisi politik yang tidak bermoral. Kerusuhan yang direkayasa dan digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan telah mengacaukan tatanan sosial dan politik. Kehrusan telah menyebabkan luka yang mendalam pada masyarakat Indonesia dan menghancurkan tatanan demokrasi yang seharusnya menjadi penjaga keadilan bagi semua.

Namun dalam kehancuran tersebut, juga terdapat kekuatan yang tak terduga. Perlawanan dari rakyat, meskipun terpaksa menyaksikan kekejaman dan kehancuran, tidak pernah padam. Mereka menolak menjadi korban kekuasaan yang tidak bermoral, dan bahu-membahu berjuang untuk memulihkan kedamaian dan keadilan. Mereka memandang kehancuran tersebut sebagai titik balik untuk membangun fondasi baru yang lebih kuat, berlandaskan nilai-nilai demokrasi yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun