Mohon tunggu...
Mhd JafirDaegel
Mhd JafirDaegel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Krisis Kemanusiaan Dalam Konflik Rusia-Ukraina: Analisis Dampak Pada Warga Sipil Dan Pengungsi

11 Januari 2025   18:42 Diperbarui: 11 Januari 2025   18:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

A. Latar Belakang Terjadinya Konflik Rusia-Ukraina

Ukraina dan Rusia pernah bersatu dalam Uni Soviet, sebuah negara federasi kuat sebelum 1990. Setelah Perang Dingin, Ukraina memilih untuk merdeka dari Uni Soviet dalam referendum 1991, yang disetujui oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin. Setelah merdeka, Ukraina, Rusia, dan Belarusia membentuk Commonwealth of Independent States (CIS), tetapi Ukraina merasa CIS hanya cara Rusia untuk mengontrol negara-negara bekas Uni Soviet dan terjadilah ketegangan politik antara kedua negara tersebut. Pada 1997, kedua negara menandatangani perjanjian persahabatan untuk memperbaiki hubungan, yang memberi Rusia akses ke armada Laut Hitam di Krimea dan memaksa Rusia membayar sewa untuk Pelabuhan Sevastopol. Namun, ketegangan meningkat lagi pada 2014 ketika revolusi di Ukraina menggulingkan presiden pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Revolusi ini mendorong Ukraina untuk mendekat ke Uni Eropa dan NATO, menyebabkan kemarahan Putin karena potensi kehadiran NATO di dekat perbatasan Rusia. Setelah Yanukovych jatuh, Rusia mengambil Krimea dan mulai mendukung separatis di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur. Meskipun ada upaya perdamaian dengan kesepakatan Minsk pada 2015, ketegangan tetap berlanjut antara Rusia dan Ukraina karena Putin tidak setuju terhadap dekatnya Ukraina dengan  kubu NATO. NATO merupakan salah satu penyebab terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina saat ini. NATO, yaitu aliansi militer antara negara-negara Eropa dan Amerika Utara, bertujuan untuk saling melindungi dan menjaga keamanan bersama. Ketegangan mulai muncul sejak Rusia menguasai Krimea pada tahun 2014 dan semakin meningkat ketika Rusia mendukung separatis di timur Ukraina. Ukraina ingin bergabung dengan NATO, tetapi Rusia melihat ini sebagai ancaman terhadap keamanannya. Rusia merasa terancam dengan kehadiran tentara NATO dan sistem pertahanan misil di dekat perbatasannya. Ketika konflik terjadi, Ukraina berharap NATO dapat membantu mempertahankan kedaulatannya. Namun, anggota NATO ragu untuk terlibat langsung karena khawatir itu bisa memicu perang dengan Rusia. Oleh karena itu, masalah NATO berkontribusi pada meningkatnya ketegangan dalam konflik Rusia-Ukraina.

B. Pendekatan Teori Human Security Dalam Menganalisis Dampak Konflik Rusia Ukraina Pada Warga Sipil Dan Pengungsi

Perang skala penuh di Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022 dengan invasi Rusia. Konsekuensinya, hampir 4 juta orang mengungsi secara internal dan 6,8 juta telah meninggalkan Ukraina, terutama menuju negara-negara tetangga seperti Polandia, yang menerima hampir 60 persen dari semua pengungsi. Serangan rudal dan roket telah mengakibatkan banyak kematian, kerusakan tempat tinggal, bisnis, dan infrastruktur energi, mengurangi kapasitas pembangkitan energi Ukraina hingga 65 persen. Krisis energi ini mengganggu akses masyarakat ke air, listrik, pemanas, layanan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Banyak orang Ukraina terpaksa tinggal di rumah rusak atau gedung yang tidak memadai untuk suhu dingin. Dengan berlanjutnya perang, diperkirakan 14,6 juta orang akan membutuhkan bantuan kemanusiaan pada tahun 2024. Polandia dan Ukraina merupakan negara yang serumpun, mereka memiliki kedekatan baik dalam budaya maupun sejarah. Polandia menunjukkan rasa solidaritas yang kuat terhadap Ukraina dan pengungsi yang melarikan diri dari konflik dengan membuka perbatasan mereka untuk pengungsi Ukraina dan menyediakan bantuan kemanusiaan, termasuk tempat penampungan, makanan, dan perawatan medis.

Berikut adalah beberapa aspek penting dari tanggapan Polandia terhadap pengungsi Ukraina:

1.Polandia telah menerima pengungsi Ukraina tanpa syarat, tanpa memerlukan visa atau dokumen khusus.

2.Pemerintah Polandia telah menyediakan berbagai bentuk bantuan kemanusiaan, termasuk tempat penampungan, makanan, pakaian, dan layanan medis.

3.Warga Polandia juga telah menunjukkan solidaritas yang kuat terhadap pengungsi Ukraina, dengan banyak orang yang menawarkan tempat tinggal, makanan, dan dukungan emosional.

4.Polandia telah memberikan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan bagi anak-anak dan orang dewasa Ukraina.

5. Polandia telah menyediakan dukungan ekonomi bagi pengungsi Ukraina, termasuk bantuan keuangan dan akses ke pasar kerja.

Warga Polandia secara aktif terlibat dalam membantu pengungsi Ukraina, namun disatu sisi beberapa dari mereka merasa terbebani dengan kehadiran pengungsi ini. Beberapa warga Polandia khawatir tentang dampak ekonomi dari jumlah pengungsi yang besar. Mereka takut persaingan dalam mencari pekerjaan dan perumahan akan meningkat, dan sumber daya yang tersedia akan berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun