Mohon tunggu...
Jafar Muhammad
Jafar Muhammad Mohon Tunggu... -

Lahir di Bulukumba, Salah satu kabupaten di Ujung Selatan Pulau Sulawesi di Sulawesi Selatan,... Menghabiskan masa kecil di kampung Terang Terang, Bulukumba, sampai tamat SMA,... lalu lanjut Kuliah dan kerja di Jakarta,... Pernah tinggal dan berkarier di Shanghai, China dan sementara ini berdomisili di Kuala Lumpur, Malaysia...

Selanjutnya

Tutup

Money

Sebuah Upaya Kepedulian dari Bulukumba, Menuju Indonesia Emas

16 Januari 2012   12:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326717111548381476

*) Ditulis di atas awan dalam perjalanan 1 jam 35 mnt, Kuala lumpur - Jakarta. Pada misi pulang kampung halaman saya kabupaten Bulukumba, pertengahan desember 2011, saya sengaja berkunjung dan menginap di Seppang, sebuah desa kecil pertanian yang berjarak sekitar 15km dari pusat kota kabupaten Kab Bulukumba, Sulawesi Selatan. Saya manfaatkan sekaligus sebagai salah satu langkah awal kepedulian, sebagai bagian dari rencana besar yayasan yang baru kami bangun, http://www.pedulimasyarakatmadani.com dalam ikut menyerap, menyelami keseharian masyarakat petani Seppang, Bulukumba. Dan diharapkan menjadi salah satu modal awal dalam berkontribusi nyata membantu kemajuan masyarakat Bulukumba yang sebagian besar hidup dari pertanian, perkebunan dan perikanan. Yayasan Kepedulian. PMM (Peduli Masyarakat Madani) Terang Terang sendiri, terbentuk atas sebuah tekad besar dari pendiri dan segenap komponen pengurus untuk ikut berkontribusi nyata dalam ikut membantu memajukan dan meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat Bulukumba menjadi bagian dari sebuah masyarakat INDONESIA EMAS (Empati, Mandiri, Adil dan Sejahtera) melalui program program pembukaan kesempatan kerja dan berusaha, serta pembukaan akses pendidikan yang lebih luas. Di Seppang, penulis mencoba berbincang langsung dengan petani sawah yang sebagian besar adalah petani autodidak, lahir dari keluarga petani, hidup dalam lingkungan orangtua berkeluarga besar petani dan bertani dengan modal ilmu dan pengalaman bertani yang diturunkan secara turun temurun. Pendek kata mereka adalah petani tulen dari lahir dari lingkungan orangtua petani, menghabiskan masa kanak kanak di lingkungan sawah, dewasa bekerja sebagai petani sawah dan sampai hari tua akrab dengan lingkungan sawah dan segala aspek pertanian/sawah lainnya. Merekalah salah satu sasaran dan target kepedulian PMM dalam menjalankan visi misi nantinya, mencarikan solusi alternatif secara kreatif dalam membuka peluang lain buat petani untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan tetap bertani dan tidak meninggalkan profesi yang digelutinya selama ini. Di sisi lain, juga sebagian anggota masyarakat Bulukumba bahkan anak petani “beruntung” mampu mengirim anak anak mereka menempuh pendidikan yang layak bahkan mencapai gelar kesarjanaan di berbagai bidang ilmu. Namun sangat jarang anak petani yang menyekolahkan anaknya di bidang yang berhubungan dengan pertanian dengan berbagai alasan yang intinya adalah upaya untuk keluar dari belenggu kemiskinan hidup sebagai petani autodidak. Ada yang berhasil, namun tidak sedikit yang hanya mampu menambah deretan pengangguran terdidik. Salah satu yang berhasil dengan alasan menarik adalah kawan baik saya, seorang anak petani tulen, namun memutuskan sekolah di bidang elektro dan bekerja/berusaha di bidang telekomunikasi. Beliau mengatakan bahwa alasan utama memilih bidang non pertanian adalah keluar dari lingkaran ketidak mungkinan hidup layaknya seorang petani. Ini tentunya alasan yang sangat valid dan tak mengada ada sesuai kenyataan lapangan yang banyak di jumpai disekitar kita termasuk kehidupan sebagian besar masyarakat petani di bulukumba. Apakah gerangan penyebabnya . Kenapa para petani autodidak kadang alergi dengan kegiatan penyuluhan pertanian, yang di klaim hanya sarat teori yang tak realistis ? Kenapa bantuan bantuan kepada para petani tak mampu mentrigger daya kreatifitas petani dalam berusaha ? Kenapa tingkat kemakmuran petani, nelayan dan masyarakat agriculture bulukumba umumnya tak maksimal seiring dengan semakin mahalnya harga makanan dunia ? Pertanyaan seperti di ataslah yang akan di telusuri akar masalahnya, untuk kemudian di carikan bantuan solusinya oleh Yayasan Kepedulian “Peduli Masyarakat Madani” Terang Terang secara berkesinambungan dalam kegiatan kegiatannya, sebagai bagian dari program jangka pendek, menengah dan panjangnya dalam upaya saling membantu berubahnya masyarakat Tani menjadi bagian dari industri agribisnis modern. Di lain aspek, masih banyak potensi besar bulukumba di pertanian/perkebunan, perikanan dan kelautan atau bahkan potensi sangat besar di bidang pariwisata yang belum termaksimalkan pemanfaatannya untuk kemajuan masyarakat Bulukumba. Potensi pertanian/perkebunan misalnya, luas lahan dan volumen produksi  kelapa belum masimal pemanfaatnya, dimana misalnya air kelapa bisa dimanfaatkan menjadi jelly sari kelapa, pengemasan santan cair dari daging kelapa, serbuk tempurung kelapa untuk campuran obat nyamuk bakar,  sabuk kelapa untuk rumput sintetis lapangan futsal dsb. Juga industri pengemasan produk produk lokal seperti jagung marning, produk makanan/olahan rumput laut yang belum terkemas secara baik, sehingga tak mampu bersaing dengan produk nasional lainnya, apalagi bersaing dengan produk mancanegara. Bahkan dengan 10 buah obyek wisata Bulukumba, tiga obyek utama di antaranya adalah tempat pembuatan perahu phinisi, pantai pasir putih Bira, masyarakat Adat Tana Toa kajang, belum mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat Bulukumba secara umum. Belum lagi potensi besar, Jumlah penduduk sekitar 400ribu penduduk Bulukumba, dimana pernah lahir sebuah karya teknologi transportasi fenomenal dan tercanggih di zamannya, yakni Perahu Phinisi dan bahkan sampai sekarang masih laku terjual ke beberapa pengusaha mancanegara. Ini menunjukkan potensi kemampuan orang orang Bulukumba dalam membuat produk teknologi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Icon Bumi Panrita Lopi buat Kab. Bulukumba yang bermakna tempat para ahli pembuat perahu,  sebagai tempat asal pembuatan Phinisi, belum mampu mendongkrak industri pariwisata Bulukumba. Apalagi Festival Phinisi tahunan, belum terdengar gaungnya di tingkat nasional untuk menarik wisatawan domestik apalagi wisatawan mancanegara Apa yang salah dengan cara pengelolaannya semua potensi Bulukumba dan masyarakatnya selama ini ? Apa yang bisa di pelajari dari keberhasilan industri pariwisata dari daerah lain ? Apa modal utama yang belum termaksimalkan ? Bagaimana pemanfaatan teknologi dalam menunjang industri pariwisata ? Kendala kendala dalam pengembangan semua potensi potensi besar termasuk dibidang agribisnis, pariwisata serta pemanfaatan dan pengembangan ICT akan dipaparkan dalam kegiatan seminar dan pameran bertema “Menggali potensi pariwisata, agribisnis Dan ICT (Information and Communication technology menuju INDONESIA EMAS 2045″. Juga tentunya disertai dengan ide ide solusi pemecahannya berdasarkan pengalaman pengalaman pembicara nasional dari DR. Marwah Daud Ibrahim (Ketua Umum Masyarakat Singkong Indonesia, Aktifis Lembaga Sosial), Heru Sutadi (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) dan Gatot Priyo Utom (Aktifis Lembaga Sosial, Mantan Ketua Ikatan Alumni Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia) cs. Kegiatan ini adalah sebuah rangkaian 2 hari kegiatan awal tahun, terdiri Dari seminar Dan pameran/pemanfaatan ICT (21 januari 2012) serta sepeda santai dan agribisnis workshop “Tudang Sipulung” (22 Januari 2012). Penulis sendiri sebagai salah seorang putra asli Bulukumba, pendiri yayasan PMM berharap kegiatan ini akan berlanjut dengan kegiatan kegiatan yang berimplikasi dalam pembukaan lapangan kerja baru, serta akses kedunia pendidikan terapan sesuai dengan kondisi Dan potensi bulukumba. Penulis, Jafar Facebook : http://www.facebook.com/mjafar Pendiri Yayasan “Peduli Masyarakat Madani” http://www.pedulimasyarakatmadani.com Founder of my”Saturday Sunday” Tours http://www.mysstours.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun