Mohon tunggu...
Jafar G Bua
Jafar G Bua Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Photo Journalist CNN Indonesia, salah satu stasiun televisi yang menjadi bagian dari CT Corp dan CNN International. Saat ini bekerja dan berdomisili di Pulau Sulawesi, namun ingin berkelana ke seluruh pelosok Nusantara Jaya. Semua tulisan di microsite ini dapat dikutip sepanjang menyebutkan sumbernya, sebab ini semua adalah karya cipta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ardani, Guru Fisika yang Berteman Matahari

12 Maret 2010   02:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:28 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

SEORANG guru Fisika di SMAN 6 Palu, Sulawesi Tengah menciptakan sebuah kompor raksasa dengan energi matahari sebagai bahan bakar. Ia menjadikan matahari sebagai teman. Ia tak takut pada teriknya.Guru Fisika itu bernama Ardani. Ia sederhana dan pemeluk Islam yang taat. Begitu yang tampak pada guru Fisika SMAN 6 Palu ini. Ia lahir di Samarinda, pada 17 November 1968. Menghabiskan waktu SD, SMP dan SMA di kota kelahirannya. Lalu kemudian ia kuliah di Universitas Tadulako, Palu pada 1989 dan lulus pada 1995. Jurusan yang dipilih anak dari pasangan almarhum Hi Antung Arif dan almarhumah Arbaya ini tidak jauh dari kegemarannya. Yakni jurusan Fisika. “Saya senang mengutak-atik mesin. Sejak SD, saya sudah jadi montir mesin, mulai dari mesin kecil sampai mesin besar. Ayah saya yang mewariskan kegemarannya kepada kami,” aku Ardani. Lantaran sadar orangtuanya tidak kaya, Ardani pun belajar dan bekerja keras. Tak heran, ia selalu menjadi juara 1 sejak SD hingga SMA. Saat kuliah prestasinya pun tidak jauh beda. Kuliah S-1 di Universitas Tadulako dijalaninya dengan mulus. Ia menjadi penerima beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID). Skripsinya saat itu dipuji banyak dosennya. Ia membuat alat anti pencurian pada sepeda motor, dengan sistem kontrol arus pada sistem kelistrikannya. “Sehingga kalo ada yang mencuri kendaraan yang sudah dipasangi alat ini, bisa saja menggunakan kunci T  lalu membongkar kunci kontaknya, ia akan gagal. Sebab setelah dinyalakan, mesin kemudian mati dan setelah itu alarm tidak akan berhenti berbunyi,” jelas Ardani. Kini inovasi baru guru Fisika yang masih tetap jadi montir ini, muncul lagi. Lahirlah kompor raksasa. Ia membeberkan jika kompor tenaga matahari inovasinya ini diinspirasi oleh krisis bahan bakar minyak. Ardani memulai penelitian paruh Maret 2008 lalu dibantu beberapa siswanya. Komponennya praktis, cuma terdiri dari parabola dan cermin datar. Parabola berdiameter 1,5 meter ditempeli potongan cermin datar 4 x 4  centimeter. “Saya akan mengembangkan kompor ini, supaya lebih praktis dan bisa dipasang dengan mudah. Mudah pula dibawa ke mana saja. Ini alat masak yang praktis bebas bahan bakar karbon,” kata Ardani. Bagaimana cara kerjanya? Kompor raksasa ini dipasang di halaman yang terbuka dan langsung menerima sinar matahari. Di atas kompor raksasa ini dipasang wadah memasak yang terbuat dari besi. Jarak dari kompor dengan wadah memasak ini sekitar 1,30 centimeter. Panas yang dihasilkan bisa mencapai 400 derajat Celcius, tergantung terik mataharinya. Namun, kata Ardani, bagi warga Kota Palu tentu saja itu hal tidak perlu dikuatirkan. Hanya saja, Ardani masih perlu mengembangkan lebih jauh hasil karya inovatifnya ini. “Saya masih perlu alat untuk penyimpan panas, jadi pada malam hari, kompor ini tetap bisa dipakai,” tukasnya. Dengan biaya sekitar Rp 2 juta, alat masak ini bisa dipakai dipakai oleh tiga hingga lima ibu rumah tangga. Panasnya akan dialirkan melalui pipa. Para Ibu dapat memasak berbagai masakan dan tidak butuh waktu lama. Keuntungan lainnya karena sumber energi matahari di Kota Palu sangat besar. Jadi sangat mendukung untuk menggunakan alat masak alternatif ini. Ia berhasil menjadikan matahari sebagai temannya. Sinar teriknya ternyata sangat berguna. Soal kesenangannya jadi montir itu, sampai sekarang masih terus dilakukan. “Biasanya ada teman-teman yang mau perbaiki kulkasnya, sepeda motor atau televisinya, mereka minta tolong pada saya,” aku lelaki yang menikah dengan Alfiah, SE ini. Sehari-hari, selain sibuk mengajar dan menyalurkan kegemarannya belajar permesinan, ia selalu memberi waktu yang banyak untuk anak-anaknya, Dede Prima Romadhon Nissa (15), Antung Akbar Arief (13), Firdaus Nur Alif (10) dan Bintang Zajindan (6).***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun