Beberapa penelitian telah mengeksplorasi pola dan implikasi ngemil di negara berkembang, menyoroti tantangan nutrisi dan intervensi potensial.
Di Filipina, sekitar 70% anak-anak mengonsumsi camilan setiap hari, terutama di sore hari. Camilan umum termasuk kue kering, kue, roti, kerupuk, biskuit, dan minuman manis. Camilan ini berkontribusi secara signifikan terhadap asupan energi harian, terutama di kalangan anak-anak yang lebih kecil (Serafico et al., 2023).
Di sebuah desa pedesaan di Jawa Barat, Indonesia, anak-anak mengonsumsi berbagai makanan ringan, yang berkontribusi signifikan terhadap asupan lemak dan energi harian mereka. Namun, camilan ini menyediakan vitamin dan mineral yang terbatas, yang berpotensi menyebabkan kekurangan nutrisi dan stunting (Sekiyama et al., 2012).
Dampak Gizi:
Di Filipina, makanan ringan menyumbang sebagian besar asupan energi harian dan menyediakan nutrisi penting seperti protein, vitamin A, zat besi, dan kalsium. Namun, ada kebutuhan untuk mempromosikan pilihan camilan yang lebih sehat untuk meningkatkan kualitas makanan secara keseluruhan.
Di Indonesia, konsumsi makanan ringan yang tinggi berkorelasi dengan rendahnya asupan nutrisi penting seperti karbohidrat dan vitamin C, dan dikaitkan dengan rendahnya skor "tinggi badan VS usia" di antara anak-anak sekolah (Sekiyama et al., 2012).
Perbedaan Budaya dan Regional:
Di Kolombia, transisi pangan mencakup pergeseran menuju peningkatan konsumsi makanan ringan, yang bervariasi secara signifikan di berbagai wilayah dan dipengaruhi oleh pola makan local (Quintero-Lesmes & Herran, 2019).
Di El Salvador, iklan makanan ringan dan minuman sering mempromosikan makanan olahan berkalori tinggi, berkontribusi pada perubahan pola makan dan peningkatan risiko kesehatan (Amanzadeh et al., 2015).
Rekomendasi untuk Kebijakan dan Intervensi
Promosikan Camilan Sehat: