Mohon tunggu...
Jaesa Rahmannialdy
Jaesa Rahmannialdy Mohon Tunggu... -

follow @jaesarahman\r\nfacebook http://www.facebook.com/rahmannialdy\r\nmy blog http://jaesarahman.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

5 Top Alasan Mematikan Televisi

22 Maret 2012   15:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:37 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini saya buat ketika teringat masa SMA yang bisa 3 tahun hidup tanpa Televisi, bercermin dari itu posisi Televisi di tengah-tengah masyarakat dunia memiliki pro kontra sendiri saat ini. Pasti kita sering membahas masalah ini sebelumnya dalam lingkup pergaulan kita. Mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek terbawa pengaruh dari TV. Jadi ada top 5 alasan menurut saya untuk berhenti menonton TV : 1. Up-to-dateness Seringkali kita lihat berita di televisi berulang-kali ditayangkan. Mulai dari berita dipagi hari, pagi menjelang siang, siang hari, siang-menjelang sore, sore hari, dan malam hari. Kemudian berita tersebut masih diulang lagi dalam seminggu. Apa kita ga bosen liat tokoh dan kejadian yang itu-itu aja? Hehe. Terkadang televisi juga mengambil berita dari internet dan juga membeli video dari masyarakat yang tidak sengaja merekam kejadian tertentu makanya suka ada dibawahnya keterangan (sumber video amatir). Jadi saran saya mencari berita dari radio, koran, atau internet saja sehingga kita bisa milih berita mana yang sudah atau belum kita lihat atau dengar. 2. Commercials ‘Jangan kemana-mana setelah yang satu ini’ ketika kita sedang menikmati acara TV dan akan menuju klimaks dari permasalahan selalu saja dihentikan dengan kata-kata tersebut. Kesel sendiri kan? Apalagi kalau kita lagi nonton film bioskop yang ditayangkan di TV kadang suka semaunya editor saja memotong jadi iklan. Lebih baik kita beli DVD atau download film dari Internet lalu menonton deh sambil nyemil atau bareng teman, pacar, dan sanak-saudara. 3. Being dictated by the TV ‘Wah udah jam segini, harus pulang setel channel ini nih!’ Pasti kita pernah membuat jadwal tertentu untuk menyempatkan absen didepan tv karena acara kesukaan kita. Berarti kita semua sudah didikte seperti anak TK sebelum masuk kelas atau absen pegawai kantor pakai sensor ibu jari. Kita punya waktu 24 jam manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya, time is money -USA poverb- or time is sword that will kill you -Arab poverb-. 4. Pasif watcher Diskusi yang ada didalam Televisi tidak bisa kita perdebatkan. Misalnya saja ada isu-isu politik atau sinetron yang tidak sesuai dengan hati nurani kita pasti kita berteriak atau marah-marah sendiri di depan TV. Beda dengan situs jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, Blog, dll atau forum diskusi Internet, ada bagian komentar yang bisa kita berikan pendapat dengan cepat. Kita bisa aktif untuk mencari tahu permasalahan, foto, artikel yang lagi hits saat ini. 5. Losing Track ‘Ah bosan ni acaranya, ganti yang lain aja’ mengganti-ganti saluran TV akan membawa kita kehilangan tujuan ketika kita menyalakan TV tersebut. Kita akan terjebak di sofa, tangan kanan dengan remote, tangan kiri cemilan, dan kaki diangkat ke meja tanpa melihat jam saat itu. Disinilah kita kehilangan visi dan misi tersebut. Waktu kita akan terbuang dengan melihat kabar tidak baik, iklan, dan reality show yang direkayasa. Berbeda dengan membuka Internet karena bisa kita save, bookmark, download, dll supaya bisa kita lihat lagi diwaktu senggang.

Itulah 5 alasan menurut saya pribadi bahwa televisi membawa dampak negatif bagi masyarakat khususnya Indonesia. Saya berharap mulailah mengurangi menonton televisi yang tidak bermanfaat dan saya sangat hormat terhadap keluarga yang melarang anak-anaknya untuk tidak menyalakan TV dirumahnya. Ada quotes menarik dari John Lenon “If everyone demanded peace instead of another television set, then there’d be peace.” So… Tell us what you think and enjoy your new spend time :) Sumber : http://jaesarahman.wordpress.com/2012/03/21/top-5-reason-to-stop-watching-television/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun