" Dibantu aja tilang SIM-nya", tegas pak polisi sambil melihat ke arah dompet saya yang memang masih terbuka karena belum sempet saya simpan kembali setelah menyerahkan surat-surat kendaraan tadi.
" Cuma ada segini pak", jawab saya sambil memperlihatkan isi dompet saya yang cuma berisi uang 5.000-an 2 lembar dan 1.000-an selembar, alias totalnya Rp.11.000.
" Ya udah, sini seadanya aja", tegas pak polisi.
"Maaf banget pak atas pelanggaran tadi, saya kurang memperhatikan, maklum buru-buru mo kerja", tegas saya sambil menyerahkan 5.000-an saya yang dua lembar, dan pak polisi pun menerima uang tersebut sambil menyerahkan surat kendaraan saya.
Setelah itu, saya lanjutkan kembali perjalanan saya ke kantor sambil mencoba merangkai kata buat saya ceritakan nanti sesampainya di kantor.
Itulah pengalaman saya yang ketiga kalinya berurusan dengan polisi karena lalai dengan rambu-rambu lalulintas. Mungkin saya salah telah memberi uang ke pak polisi, tapi kejadian itu bener-bener spontanitas saya menyikapi cara pak polisi bersikap tadi siang.
Memang uang yang saya berikan cuma Rp. 10.000 , tapi kejadian tersabut bisa ditafsirkan dengan berbagai persepsi, tergantung siapa dan dari sudut pandang mana melihatnya. Sekali lagi, buat pak polisi, maaf kalo saya sudah melanggar peraturan berlalulintas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H