Perahu itu telah berlayar jauh
Di ujung pandang tanpa gemintang
Legamnya kian mencekam
Arus ombak selalu teriak
Sedang aku, selalu merasa sendiri dan sepi
Pak tua itu tak kenal lelah
Mendayung dari ujung timur ke barat
Ia kucurkan keringat demi keringat
Untuk mereka yang ia cinta : keluarga
"Jika tak ada ikan, asalkan bawa seliter beras
Lauk pauk bukanlah masalah
Senyum keluarga adalah segalanya
Sebab, itu ialah suatu yang tiada tara : indah''
Kata Pak tua, setelah aku sedikit bertanya perihal pendapatannya
Denyar matanya selalu mengisyaratkan kepedihan
Pada laut yang bergelombang
Senja melarungkan segala resah yang terperi
Namun, sekali lagi denyar matanya menfatwakan kesabaran dan ketabahan
Aku, sang pendosa yang selalu merasa kalah
Akankah mendapatkan berkah yang indah
Aku, sang pendosa mengharap akan segala ampunan
Akankah Engkau memberkati dengan segala keindahan
Sendiri, merasa tak bersyukur atas apa yang telah Tuhanmu beri
Tidakkah malu dengan Pak tua si pendayung yang huyung
Sendiri, merasa tak berarti dan selalu merasa tersakiti
Tidakkah berkaca dengan segala dosa yang sengaja kau patri
Tuhanmu Maha Segala atas segala yang kau kehendaki
Maka, kembalilah kepada-NyaÂ
Kepada jalan yang benar hingga kau tak lagi merasa selalu nanar