Mohon tunggu...
jaed ishaq
jaed ishaq Mohon Tunggu... wiraswasta -

keindahan sejati,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hikmat Kurnia: Kita Juga Bisa Lebih Sukses

16 Desember 2011   02:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap seseorang sudah memiliki kemampuan untuk dapat mengekpresikan diri. Hal yangmendasar yaitu mau atau tidak mau, seseorang merubah kondisi ke arah yang lebih baik. Sehingga jangan sampai pada akhirnya malah, ‘mengkambing hitamkan’ lingkungan atau diri sendiri.

Hikmat Kurnia terus berjalan, kalau dirinya bergelut di penerbitan merupakan jalan yang menghantarkan dirinya lebih sukses dari sebuah sandiwara perjalanan hidup yang singkat ini. Sebuah jabatan yang cukup tinggi yakni direktur, Hikmat rasakan disebuah penerbitan akhirnya ia putuskan keluar.

Hikmat, demikian ia akrab disapa, kini membuktikan kalau usaha yang selama ini dijalani membuahkan hasil. Dirinya bersama sejumlah kawan dekatnya memiliki 17 penerbitan, enam distributor, EO, dan percetakan. Bahkan ke depan, rencana akan mengembangkan sayap seperti pengiriman barang (kargo) dan produksi dan distributor bahan bangunan.

“Paling tidak seseorang dapat mengembangkan kemampuannya dilihat pada hobi, pengalaman, dan pendidikan. Pengalaman saya di penerbitan, kenapa tidak diteruskan pekerjaan yang pernah saya jalani,” ujar Hikmat salah seorang pendiri penerbitan Agromedia group.

Memulai kembali penerbitan, lanjut Hikmat, bukan tak ada masalah yang ia harus hadapi. Bahkan awal-awal Agromedia berjalan, hanya dirinya dan seorang office boy yang menemani Agromedia memulai menjadi penerbitan. Pekerjaan yang sempat ia lakukan, kembali dijalani seperti mengkemas buku dan wawancara narasumber.

Namun kini sudah 10 tahun sejak 1 April 2001 Agromedia berdiri, Hikmat perlahan tapi pasti merasakan kesuksesannya menjadi penerbit. Keyakinan yang bermuara pada kesiapan mental pemenang bahwa usaha yang dijalaninya, juga dapat berkembang tidak seperti waktu itu sejumlah orang ‘ragukan’.

“Saat itu saya yakin suatu hari, cara usaha saya akan diakui orang lain. Tapi waktu itu memang orang masih meragukan, ketika berhasil orang mulai percaya. Barulah saya diundang ngisi acara atau seminar,” tukas Hikmat yang pernah bekerja di penerbitan Puspa Suara tahun 1992.

Ada niat tulus disamping ingin memiliki penerbitan sendiri, Hikmat lebih jauh ingin bermanfaat untuk banyak orang. Meski sebelumnya di kantor ia bekerja, fasilitas mewah rasanya sudah ada di tangannya. “Di tempat saya dulu bekerja, bawahan hanya puluhan orang tapi saya ingin lebih bermanfaat untuk orang banyak. Saya putuskan keluar, waktu itu usia 28 tahun segala perhitungan resiko juga saya pertimbangkan,” kenang lulusan magister bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia disebuah universitas di Depok Jawa Barat.

Kondisi mapan merasa nyaman, biasanya sulit seseorang untuk berkembang. Fasilitas yang terbilang cukup, seakan membelenggu seseorang untuk berkembang. Padahal sejatinya setiap orang, bisa juah lebih sukses dari sebelumnya.

“Tipe orang ada dua, dia berani menghadapi masalah atau lari dari masalah. Karena sebenarnya ada titik balik seseorang akan terima, kalau kreatif dengan bisnis yang dipilihnya. Ketapel itu kan ditarik kebelakang, karena untuk terbang jauh ke depan,” jelas Hikmat seraya memberi contoh.

Perjalanan Seorang Hikmat Kurnia

Hikmat sebanarnya bukan orang yang berlatar pengusaha, sekilas mengetahui latar pendidikannya ia lulusan Strata Satu (S1) lulusan Sejarah di Unpad Bandung, dilanjutkan S2 di UI bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Tuntutan yang akhirnya, seakan mendorong dirinya bekerja di penerbitan Puspa Suara. Berbagai jabatan pun pernah ia rasakan seperti editor, general manager, hingga direktur. “Saya dapat uang saat kuliah tidak terlalu besar, keluarga dari lingkungan sederhana. Tapi apa kita harus pasrah, mengambing hitamkan keadaan?,” tutur pria kelahiran Bandung 3 September 1967 silam yang kini memiliki pegawai 200 orang.

Berkat kerja kerasnya, Hikmat membuktikan usaha yang dijalani kini merasakan angin segar. Rencana pengembangan sayap bisnis, kian menjadi bukti kalau serius berusaha dan yakin usahanya bakal sukses. “Kita ini tingkat kreatifitasnya kurang. Ketika misalnya ada seorang peternak sapi, seharusnya ia tidak melihat dari sapi saja. Tapi lihat limbah yang dihasilkan sapi, itu kan bisa menjadi kompos,” kata Hikmat seraya memberi tips berusaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun