Minggu-minggu ini berita pelantikan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla sudah hampir pasti akan menjadi berita paling menarik dimedia apapun di Indonesia. Mulai dari pesta rakyat, andong dan segala pernak-pernik pelantikan akan menjejali mata kita saban harinya, seolah ingin memberi penegasan bahwa pemimpin itu bisa siapa saja yang penting dipilih oleh orang banyak. Tidak harus jagoan orasi kayak pemimpin-pemimpin dunia, bahkan gaya pidato yang cenderung 'medok dan ndeso' pun layak menjadi pemimpin.
Melihat itu semua saya jadi ingat komentar salah seorang pejabat jauh hari sebelum perhelatan pilpres digelar. "Mana mungkin tukang meubel bisa jadi presiden..." katanya nyinyir. Beberapa ada yang marah luar bisa, pun sebaliknya. Guyonan bernada mengejek itu segera dibalikkan oleh salah seorang pengamat dengan mengatakan, justru tukang meubel itulah yang sangat paham tentang kursi (kursi : simbolisasi dari jabatan). Logikanya adalah justru para pembuat, pengrajin , tukang atau apa saja yang saban hari bergelut dengan dunia kursi dan meja yang sudah barang tentu sangat faham tentang apa dan bagaimana kursi tersebut. Nyatanya hari ini terbukti bahwa akhirnya 'tukang meubel' itulah pemenangnya.
Saya sebagai pelaku 'tarekat jarkoni' tak lupa ikut memberi ucapan selamat, bukan selamat atas kemenangan Bung Jokowi tetapi selamat menjalankan tugas. Semoga daerah-daerah bekas konflik seperti di Aceh dan Papua tetap terjaga keamanannya. Salam Jarkoni Indonesia!
Pinggiran NAD, Oktober 2014
Nb : jarkoni = iso ujar raiso nglakoni/bisa ngomong tapi tidak bisa menjalankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H