Halo kompasianer, hari ini makinun pengen ngasih informasi, pumpung belum masuk promo belanja online. Setia banget dong ya, belanja di puncak promo diskon besar-besaran di marketplace online, hehehe.
Aku ada cerita nih, ada salah satu temanku yang usianya 18 tahun, dia sering banget pinjam gawai kakaknya, karena dia masih belum diperbolehkan untuk bawa gawai sendirian "kamu tuh masih remaja nak, ibu masih khawatir dengan tingkat pergaulan bebas sekarang ini" ujar ibunya. Padahal meskipun remaja, seorang tersebut bisa mampu menahan diri dan memiliki keterbatasan dalam bergaul di internet, tentu saja, perasaan orangtua tersebut dapat diatasi. Konyolnya saat si kakak tersebut cek marketplace yang digunakan oleh adiknya, ternyata jenis barang yang ada troli, semua tentang kebutuhan bayi dan ibu hamil, hahaha
Ternyata sudah jauh cukup lama, penggunaan gawai bagi remaja 18 tahun tersebut akibat dari keteledoran, tidak ada Batasan dari orangtua dan dirinya sendiri, pada akhirnya remaja inisial AS ini sudah mengandung dua bulanan. pada saat dia memakai gawai tersebut, ternyata motivasi untuk menikah tanpa sepengetahuan orang tua, disebabkan oleh pergaulan dan tontonan bucin serta video yang mendukung nafsu menikah dini. Banyak sekali misalnya adalah video-vidio pacaran, pornografi, komunitas bucin dan lain sebagainya. Selain didasari dengan peninjauan dan pemantauan, ternyata hal tersebut didukung karena tidak seimbang 8 peran dan fungsi keluarga bagi anaknya (Wirdhana et al., 2013)
Menyambung dari cerita tentang anak muda yang kebelet nikah di usia mudanya, akan beragam timbul persepsi yang mengancam nyawa ketahanan keluarganya, kedua pasangan belum kenal betul kelebihan dan kekurangannya, mayoritas menikah Dini menikah di usia tidak ideal. Motivasi mereka adalah bersenang-senang pada sesuatu hal yang berkaitan dengan hawa nafsunya. Tidak sejauh berpikir tentang kualitas dan kuantitas keluarga yang mereka bangun seperti apa kedepannya. Pola asuh anak itu tergantung pada bagaimana saat calon orangtua menjalankan pengalamannya dalam sebuah kehidupan nyata (Wirdhana et al., 2013). Hakikatnya hal tersebut merupakan implikasi cara calon orangtua untuk mendidik dan membimbing anak.
Makinun miris sekali jika tahu, bahwa banyak sekali alasan bermacam-macam keluarga yang ada di Indonesia yang mendukung anaknya segera menikah dan juga ada banyak ketidaktahuan orang tua korban pelaku nikah dini untuk resiko anaknya. Ada banyak sekali resiko menikah dini, kedua di antaranya adalah kematian ibu dan bayi, FYI, ukuran panggul ibu ketika menikah dan saat hamil di usia kurang dari 20 tahun adalah di bawah ukurannya 10 cm sedangkan ukuran kepala bayi adalah 9,8 cm. selain itu akan muncul gejala-gejala preeklamsia ibu hamil, gejala ini akan muncul saat usia kehamilan bayi 20 minggu, jika tidak segera ditindaklanjuti dokter, hal ini akan memunculkan varian baru yakni eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin.
Banyak loh kompasianer remaja sekarang itu dituntut untuk bisa mengikuti zaman modern yang sekarang serba cepat dan dinamis, karena cita-cita negara Indonesia di tahun 2035 nanti menjadi negara yang maju dan bersaing internasional. yuk nih, kapan kita bisa berkolaborasi? Ini adalah hal-hal baru untuk remaja, mereka sering suka eksplor diri, ingin hal-hal baru terwujud, kekepoannya semakin tinggi, jangan di tebak tentang kelincahan dan semangatnya remaja pasti berkobar seperti bendera merah putih di istana merdeka. Namun, ini beresiko sekali jika remaja sudah bunting lebih cepat dan di usia muda. misalnya yang pernah makinun temui mereka ngeyel kalau diberi tau untuk makan-makanan yang bergizi eh malah nyinyir karena bau amis.
Setuju kah? Bila sekarang kita bareng-bareng menolak keras nikah dini, layaknya peristiwa penolakan rakyat Indonesia terhadap tentara Jepang dan Belanda di Indonesia. Jangan ketinggalan lagi, tentang pemahaman dan pematangan remaja di usia pra nikah dan pasca nikah. Karena keluarga menyumbang 60% kemajuan negara dan kualitas serta kuantitas negara itu tergantung bagaimana kondisi keluarga di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H